Oleh:
Ahmad Munadi
A.
Pendahuluan
Pendidikan merupakan tumpuan harapan suatu bangsa agar bisa eksis di
tengah pergulatan kehidupan masyarakat
internasional. Indikator keberhasilan sebuah proses pendidikan terdeteksi dari
kualitas Sumber Daya Manusia. Sumber Daya Manusia yang berkualitas terlahir
dari lembaga pendidikan yang berkualitas. Kualitas lembaga pendidikan tentu
saja akan dipengaruhi oleh mutu sebuah proses pembelajaran, sebab proses
pembelajaran menurut hemat penulis merupakan ruh dari sebuah lembaga
pendidikan. Bagaimanapun “saktinya” sebuah kebijakan, ketika kebijakan tersebut
tidak mampu diinterpretasikan secara tepat dalam proses pembelajaran, maka
kebijakan tersebut akan “mandul”. Sebut saja kebijakan tentang kurikulum, fakta
yang terjadi adalah serangkaian perubahan kurikulum[1] pendidikan di Indonesia ternyata hingga kini
belum memperlihatkan hasil yang signifikan.
Terkait persoalan tersebut, maka dalam hal ini gurulah yang menjadi
aktor utama rancang-bangun mutu sebuah lembaga pendidikan yang berkualitas, di
samping beberapa faktor lainnya. Tanpa keterlibatan aktif guru, pendidikan
kosong dari materi, esensi, dan
substansi. Secanggih apapun sebuah kurikulum, visi misi, dan kekuatan
finansial, sepanjang gurunya pasif dan stagnan, maka kualitas lembaga
pendidikan akan merosot tajam, demikian pula sebaliknya.[2]
Dengan demikian, maka guru sebagai aktor yang terlibat langsung dalam proses
pembelajaraan sejatinya mampu menciptakan produk-produk inovatif[3]
yang muncul dari kreativitas dan daya nalar yang tinggi. Kreativitas menurut
Balnadi Sutadipura sebagaimana yang dikemukakan Jamal Ma’mur Asmani menjadi
unsur penting bagi seorang guru. Kreativitas adalah kesanggupan untuk menemukan
sesuatu yang baru dengan jalan mempergunakan daya khayal, fantasi, atau
imajinasi.[4]
Dalam proses pembelajaran, kegagalan sebuah metode adalah ketika
metode tersebut menjadi tempat bersandar terlalu lama, sehingga menyebabkan
seseorang tidak bisa mandiri dan tergantung pada metode tersebut[5]
Apabila pengajar dan para guru memahami cara berkomunikasi dengan bawah sadar
siswa, tentu akan membantu dalam proses belajar mengajar.[6]
Salah satu metode komunikasi yang digunakan dan cukup populer saat ini adalah
teknik hipnosis. Hipnosis merupakan seni komunikasi untuk mempengaruhi
seseorang dengan mengubah tingkat kesadarannya.[7]
Hipnosis tidak hanya berguna untuk mengatasi permasalahan yang menyangkut
kondisi fisik maupun psikis, melainkan juga dapat digunakan dalam upaya
mengoptimalkan proses pembelajaran. Hipnotis dalam proses pembelajaran dikenal
dengan istilah hypno teaching.
Dalam tulisan ini, penulis menawarkan sebuah metode dalam
pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) dengan menggunakan teknik hipnotis
untuk menciptakan suasana pembelajaran yang efektif dan menyenangkan, sehingga
daya kreatifitas siswa akan melejit dengan lebih maksimal.
B.
Implementasi
Metode Hypno Teaching dalam Proses
Pembelajaran PAI di Madrasah Ibtidaiyah
Hypno teaching
merupakan istilah baru yang seringkali menjadi objek pembicaraan
akhir-akhir ini. Hypno teaching sendiri berarti suatu upaya menurunkan
frequensi gelombang otak sehingga peserta didik menjadi rileks dan lebih
sugestif dalam menangkap nilai-nilai positif dari sebuah proses pengajaran.
Dengan demikian, maka hipnosis dalam pembelajaran bukanlah hipnosis sebagaimana
yang dipahami pada beberapa tayangan acara televisi seperti Uya Kuya, Romy Rafael
dan seterusnya. Namun hipnosis dalam pembelajaran hanya diarahkan untuk
menciptakan kondisi kundusif dalam proses pembelajaran.
Hipno teaching
ini merupakan bagian dari ilmu hipnotis[8] yang
dikembangkan dewasa ini. Apa dan bagaimana hypno teaching, maka dalam tulisan
ini, penulis akan mendeskripsikan model implementasi metode hypno teaching
dalam proses pembelajaran. Untuk memperoleh pemahaman yang komprehensif terkait
metode hypno teaching, tulisan ini akan diawali dengan pemahaman dasar tentang
hipnotis.
1.
Hipnosis:
Definisi dan Sejarah singkat Perkembangannya
Istilah Hipnotis berasal dari kata hypnosis yang merupakan kata
dasar dari hypnos yang artinya “dewa tidur” dalam legenda Yunani.[9]
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia sebagaimana yang dikemukakan Willy Wong
& Andri Hakim, hipnosis adalah keadaan seperti tidur karena sugesti, yang
pada taraf permulaan orang itu berada di bawah pengaruh orang yang memberikan
sugestinya, tetapi pada taraf berikutnya menjadi tidak sadar sama sekali.
Sementara itu makna kata hipnotis adalah membuat atau menyebabkan seseorang
berada dalam keadaan hipnosis; berkenaan dengan hipnosis.[10]
Hipnotis merupakan suatu keahlian untuk memasukan pesan[11]
dari seseorang ke dalam diri orang lain, yang mengakibatkan si penerima pesan
akan tergerak untuk melakukan perintah dari yang memberi pesan.[12]
Ibnu Hajar mengemukakan bahwa hipnotis merupakan suatu kondisi diberlakukannya
peran imajinatif. Hipnotis biasanya disebabkan oleh prosedur yang dikenal
sebagai induksi hipnotis yang umumnya terdiri atas rangkaian panjang instruksi
awal dan sugesti. Sugesti ini dapat disampaikan oleh seorang hypnotist di
hadapan subjek atau mungkin dilakukan sendiri oleh subjek.[13]
Pangumbaraan memberikan beberapa definisi hipnotis sebagai berikut:
1.
Hipnotis adalah suatu kondisi yang
menyerupai tidur yang dapat secara sengaja dilakaukan kepada seseorang, di mana
seseorang yang dihipnotis bisa menjawab pertanyaan yang diajukan serta menerima
sugesti dengan tanpa perlawanan
2.
Hipnotis adalah teknik atau praktik
dalam mempengaruhi orang lain untuk masuk ke dalam kondisi trance hypnotis
3.
Hipnotis adalah suatu kondisi di
mana perhatian menjadi sangat terpusat, sehingga tingkat sugestibilitas
meningkat sangat tinggi
4.
Hipnotis adalah seni komunikasi
untuk mempengaruhi seseorang, sehingga mengubah tingkat kesadaran yang dicapai
dengan cara menurunkan gelombang otak dari beta menjadi alpa dan theta
5.
Hipnotis adalah seni komunikasi
untuk mengeksplorasi alam bawah sadar[14]
Berdasarkan rumusan definisi tersebut di atas, maka dapat diformulasikan
bahwa hipnotis merupakan sebuah ilmu komunikasi alam bawah sadar yang bertujuan
untuk mempengaruhi komunikan dengan cara merubah gelombang kesadarannya.
Hipnotis sebagai sebuah ilmu sudah dikenal sejak ribuan tahun yang
lalu, namun belum ada informasi yang jelas kapan hipnotis mulai ditemukan. John
Af mengatakan bahwa ilmu hipnotis sama usianya dengan ilmu sihir, mistik, ilmu
perbintangan, ilmu perwatakan (tabiat), ilmu ketabiban dan lain sebagainya.
Lebih lanjut John Af mengatakan bahwa ilmu-ilmu sebagaimana yang dikemukakan
tersebut banyak ditemukan dalam kitab-kitab kuno warisan Yunani, Mesir, India
dan Arab.[15]
Sejarah menginformasikan bahwa ilmu hipnotis mulai dipopulerkan
pada abad ke 18 oleh Franz Anton Mesmer (1743-1814), seorang tabib di kota Wina
yang menggunakan hipnotis untuk pasien-pasiennya yang sakit saraf. Teknik yang
dilakukan Masmer ini dilakukan dengan menggunakan sifat alamiah magnetisme
hewani. Masmer beranggapan bahwa pasiennya sembuh karena mendapat transfer
magnetisme hewani dari dirinya.[16]
Selanjutnya teknik mesmer dilakukan oleh James Braid seorang dokter dari
Inggris pada abad ke 19 yang kemudian menyimpulkan bahwa hipnotis bersifat
psikologis.[17]
Pada tahun 1958, American Medical Association mengesahkan
penggunaan hipnosis dalam dunia kedokteran. Selanjutnya The British Medical
Association dan Italian Medical Association for the Study of Hypnosis juga
dibentuk dan menjadi salah satu ilmu yang resmi dipelajari dan diakui dalam
dunia kedokteran.[18]
2.
Proses
Terjadinya Hipnosis
Proses hipnosis
terjadi ketika terjadi perubahan pada gelombang otak dan ini sangat
mempengaruhi perilaku manusia. Pada kondisi normal gelombang otak yang dominan
adalah beta. Saat terjadi hipnosis maka gelombang otak akan berpindah dari beta
ke alpha. Tulisan ini selanjutnya akan menguraikan lebih lanjut jenis-jenis
gelombang otak pada manusia. Namun sebelumnya perlu dikemukakan di sini bahwa
terdapat lima karakteristik utama dalam kondisi hipnosis atau trance yaitu:[19]
Pertama, Relaksasi fisik yang dalam, induksi cara yang digunakan untuk membawa
subjek pindah dari pikiran sadar ke pikiran bawah sadar yang melibatkan
konsentrasi fisik. Saat tubuh rileks, pikiran juga menjadi rileks. Saat rileks
gelombang otak akan turun dari beta, alpha, theta dan delta.
Kedua, Perhatian
yang sangat terpusat, dalam kondisi hipnosis perhatian akan terfokus. Dalam
kondisi normal, pikiran sadar akan dipenuhi stimulus yang melalui lima
pancaindra, namun dalam kondisi hipnosis perhatian akan terfokus pada satu
stimulus.
Ketiga, Peningkatan
kemampuan indra, eksperimen dengan menggunakan hipnosis menunjukan bahwa
kemampuan indra dapat ditingkatkan. Indra dapat beroperasi dengan lebih akurat
bila fungsinya diarahkan dengan menggunakan sugesti. Kemampuan berpikir logis
meningkat tajam dan akurasi dalam berpikir deduksi juga meningkat.
Keempat,
Pengendalian refleks dan aktivitas fisik, saat seseorang dihipnotis, detak
jantung dapat dikendalikan, bagian tubuh dapat dibuat mati rasa, peiode
menstruasi dapat diatur, sirkulasi darah dapat ditingkatkan atau dikurangi,
tarikan nafas dan masukan oksigen menurun, temperatur tubuh berubah.
Kelima, Respons
terhadap pengaruh pasca hipnotis, sugesti yang diberikan saat dalam hipnosis,
dengan catatan kondisi sugesti ini tidak bertentangan dengan nilai dasar yang
dipegang oleh subjek, akan dijalankan oleh subjek setelah ia tersadar atau
bangun dari trance. Saat sugesti diberikan, subjek dapat menerima atau menolak
atau langsung bangun secara spontan dari relaksasi hipnosis. Sugesti yang
bersifat positif, baik, dan menguntungkan subjek akan lebih mudah diterima
daripada sugesti negatif.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan para pakar, proses
hipnosis terjadi akibat pengaruh 3 aspek fisiologis yaitu, aktivasi sistem
saraf parasimpatik, pola gelombang otak, dan interaksi otak kiri dan kanan.
Selanjutnya dalam tulisan ini uraian akan difokuskan pada dua aspek yang
pertama.
a.
Aktivasi sistem
saraf parasimpatik
Manusia memiliki dua sistem saraf yaitu sistem saraf pusat dan
sistem saraf otonom. Sistem saraf pusat mengatur respons motorik hingga impresi
sensori melalui otak dan saraf pada tulang belakang. Sistem saraf otonom
mengatur sistem internal, yang biasanya merupakan gerak yang di luar kendali
pikiran sadar.[20]
Sistem saraf otonom yang
berkenaan dengan pengendalian organ-organ dalam secara tidak sadar
terkadang juga disebut susunan saraf tak
sadar. Menurut fungsinya susunan saraf otonom dibagi dalam dua bagian yaitu: a)
sistem simpatis yang terletak di depan kolumna vertabrata dan berhubungan serta
bersambung dengan sum-sum tulang belakang melalui serabut-serabut saraf; b)
sistem parasimpatis yang terbagi dalam dua bagian yang terdiri dari saraf
otonom kranial dan saraf otonom sakral.[21]
Sistem saraf otonom terbagi menjadi dua bagian yaitu sistem saraf
simpatik dan sistem saraf parasimpatik. Sistem saraf simpatik bertanggung jawab
terhadap mobilasi energi tubuh untuk kebutuhan yang yang bersifat darurat
seperti jantung berdetak lebih cepat dan lebih kuat, tekanan darah meningkat,
pernafasan menjadi lebih cepat. Sementara itu sistem kerja saraf parasimpatik
mengakibatkan detak jangnung melambat, tekanan darah menurun. Respons
parasimpatik mengakibatkan relaksasi dan ketenangan.[22]
b.
Pola gelombang
otak
Di samping aktivasi sistem saraf, proses hipnosis dapat dijelaskan
secara ilmiah berdasarkan pola gelombang otak pada manusia. Jaringan otak
manusia menghasilkan gelombang listrik berfruktuasi yang disebut sebagai
gelombang otak (brainwave). Gelombang otak ini terdiri atas empat jenis yaitu
gelombang beta, alpha, theta, dan delta. Dalam satu waktu, otak manusia
terkadang mampu menghasilkan berbagai gelombang otak secara bersamaan.
Selanjutnya dari keempat gelombang otak tersebut pasti akan ada jenis gelombang
otak yang dominan, inilah yang kemudian yang memperlihatkan aktivitas pikiran
seseorang ketika itu.[23]
Untuk mengetahui kondisi gelombang otak seseorang tentu tidak bisa
dilakukan secara kasap mata, namun harus dilakukan dengan menggunakan detektor
yang disebut dengan Electro Encephalograph (EEG).
Gambar 1: Electro Encephalograph (EEG).
a.
Gelombang Beta
Gelombang beta adalah gelombang otak yang dominan saat kondisi
terjaga dan menjalani aktivitas sehari-hari yang menuntut logika atau analisis
tinggi misalnya berolahraga, berdebat dan sebagainya. Dalam frekuaensi ini
kerja otak cendrung memicu munculnya rasa cemas, khawatir, stres, dan marah.[24]
Apabila diukur dengan alat pengukur gelombang otak, gelombang otak
berputar sebanyak 14-24 putaran perdetik, sehingga dalam kondisi otak ketika
itu tidak mudah menerima saran atau sugesti dari orang lain karena jumlah fokus
cukup banyak dan sulit untuk diarahkan. Otak dalam kondisi beta sangat logis,
analitisnonsugestif dengan jumlah fokus 5-9 fokus.[25]
Dalam waktu yang bersamaan fokus bisa tertuju pada banyak objek, contoh ketika
berada di sebuah ruangan pandangan bisa terfokus pada 5-9 objek, baik lemari, kursi, meja dan
sebagainya.
b.
Gelombang Alpha
Gelombang Alpha menggambarkan posisi khusyuk, rileks, mediatif, dan
nyaman. Gelombang alpha mengindikasikan bahwa seseorang berada dalam light
trance (kondisi hipnotis ringan)[26]
Gelombang Alpha merupakan gelombang yang timbul saat pikiran sadar mulai pasif,
sebaliknya pikiran bawah sadar mulai aktif.[27]
Pada kondisi alpha, stres pikiran pikiran akan lebih rileks dan gelombang otak
akan berputar 7-14 putaran per detik.
c.
Gelombang Theta
Pada kondisi theta kesadaran manusia lebih mengarah ke dalam
dirinya sendiri misalnya ketika merasakan kantuk yang mendalam, pada kondisi
ini pikiran bawah sadar sudah benar-benar aktif.[28]
Gelombang theta berada pada frekuensi yang rendah. Seseorang akan berada pada
kondisi ini ketika ia sangat khusyuk dan merasakan keheningan yang mendalam
(deep meditation), serta mampu mendengar nurani bawah sadarnya.[29]
Kondisi theta bisa juga disebut kondisi setengah tidur (mediatif) dan kondisi
gelombang otak seperti ini bukan kondisi hipnotis yang diperuntukan dalam
proses pembelajaran di kelas.[30]
d.
Gelombang Delta
Kondisi delta merupakan frekuaensi terendah, gelombang ini
terdeteksi saat tertidur pulas dan tidak bisa menerima sugesti apapun. Dan
seseorang yang memasuki kondisi ini tidak bisa terhipnotis.
Gambar 2: Kondisi gelombang otak manusia
3.
Interpretasi
tentang belajar
Uraian berikut
akan diarahkan untuk melihat konsep dasar tentang pembelajaran dengan menelaah
beberapa interpretasi pemikir-pemikir pendidikan tentang pembelajaran.
Wetherington sebagaimana yang dikutip Nana Syaodih mengemukakan bahwa belajar
merupakan perubahan dalam kepribadian yang dimanifestasikan sebagai pola
respons yang baru yang berbentuk keterampilan, sikap, kebiasaan, pengetahuan
dan kecakapan. [31]
Sementara itu Sardiman mengatakan bahwa belajar merupakan perubahan tingkah
laku atau penampilan dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca,
mengamati, mendengarkan, meniru dan sebagainya.[32]
Senada dengan kedua rumusan tersebut, Surya mendefinisikan bahwa belajar adalah
suatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah
laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman itu sendiri
dalam interaksi dengan lingkungannya [33]
Berdasarkan
rumusan-rumusan definisi tersebut di atas, maka dapat dikatakan bahwa belajar
merupakan proses perubahan pada diri individu. Dari aspek pendidikan, belajar
terjadi apabila terdapat perubahan dalam hal kesiapan (readiness) pada diri
seseorang dalam berhubungan dengan lingkungannya, seseorang akan lebih respek
dan memiliki pemahaman yang lebih baik (sensitive) terhadap objek, makna, dan
peristiwa yang dialami dan lebih responsif dalam melakukan tindakan.[34]
Dengan demikian
maka pembelajaran merupakan upaya membelajarkan atau upaya mengarahkan
aktivitas siswa ke arah aktivitas belajar. Dalam pembelajaran ini terdapat dua
aktivitas sekaligus yaitu aktivitas guru (mengajar) dan aktivitas siswa
(belajar).[35]
Sementara itu Dunkin dan Biddle sebagaimana yang dikemukakan Madjid mengatakan
bahwa proses pembelajaran berada dalam empat variabel interaksi, yaitu: 1)
variabel pertanda (presage variables) berupa pendidik; 2) variabel konteks
(contex variables) berupa peserta didik; 3) variabel proses (process
variables); dan 4) variabel produk (product variables) berupa perkembangan
peserta didik baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.[36]
Bruner
sebagaimana yang dikemukakan Nasution mengatakan bahwa dalam proses belajar
terdapat tiga fase yaitu: (1) informasi, dalam setiap pelajaran siswa
memperoleh informasi yang heterogen; (2) transformasi, informasi yang heterogen
tersebut kemudian dianalisis, diubah ke dalam bentuk yang lebih abstrak dan
konseptual agar dapat digunakan untuk hal-hal yang lebih luas, sehingga disini
diperlukan bantuan guru; (3) evaluasi, selanjutnya dilakukan proses penilaian
mana yang bermanfaat di antara informasi yang diperoleh tersebut.[37]
William Burton
sebagaimana yang dirilis Oemar Hamalik mengemukakan beberapa prinsip belajar
yaitu:
1.
Proses belajar
adalah pengalaman, berbuat, mereaksi, dan melampaui (under going)
2.
Proses itu
melalui bermacam-macam ragam pengalaman dan mata pelajaran-mata pelajaran yang
terpusat pada satu tujuan tertentu
3.
Pengalaman
belajar secara maksimum bermakna bagi kehidupan murid
4.
Pengalaman
belajar bersumber dari kebutuhan dan tujuan murid sendiri yang mendorong
motivasi yang kontinu
5.
Proses belajar
dan hasil belajar disyarati oleh heriditas dan lingkungan
6.
Proses belajar
dan hasil usaha belajar secara materil dipengaruhi oleh perbedaan-perbedaan
individual di kalangan murid-murid
7.
Proses belajar
berlangsung secara efektif apabila pengalaman-pengalaman dan hasil-hasil yang
diinginkan disesuaikan dengan kematangan
murid[38]
Proses
pembelajaran sesungguhnya melibatkan berbagai aktivitas, baik yang berhubungan
dengan siswa maupun guru, sehingga dalam proses pembelajaran tercipta interaksi
aktif antara guru dan siswa. Model pembelajaran yang dikembangkan selama ini
belum secara optimal mampu membangun lingkungan interaksi aktif antara guru dan
siswa. Terkait persoalan ini Dede Rosyada mengatakan bahwa model
pembelajaran pasif menggambarkan bahwa dalam proses belajar mengajar, guru
menerangkan, murid mendengarkan, guru mendektekan murid mencatat, guru bertanya,
murid menjawab. Model pembelajaran ini dianalogikan juga dengan pendidikan gaya
bank, yakni pendidikan model deposito, guru sebagai deposan yang mendepositokan
pengetahuan serta berbagai pengalamannya pada siswa, siswa hanya mencatat dan
menfile semua yang disampaikan guru. Pengajaran model ini juga disebut dengan
pendidikan gaya komando yang muncul di era 60 an dan 70 an. Dalam pengjaran
model komando, guru biasanya mempersiapkan bahan untuk diterangkan kepada
siswa, memberikan ilusterasi disertai contoh-contoh, dianalisis dengan berbagai
faktornya, lalu disiapkan tes akhir pelajaran untuk mengukur keberhasilan
pengajaran.[39]
4.
Hypnoteaching
dan Proses Pembelajaran
Informasi yang masuk melalui panca indera tidak secara langsung
diserap oleh pikiran bawah sadar seseorang, namun membutuhkan daya analisis
dari pikiran sadar yang disebut critical area. Critical area ini diperlukan
dalam kehidupan sehari-hari sebagai filter informasi untuk menyeleksi hal-hal
yang membahayakan dan bertentangan dengan diri. Untuk mengatasi critical area
yang terlalu aktif pada diri seseorang, maka dibutuhkan hipnosis untuk
menonaktifkan critical area, sehingga informasi yang diperoleh seseorang bisa
diserap dengan mudah dan tersimpan di pikiran bawah sadar seseorang.[40]
Hypnoteaching merupakan bagian dari ilmu hipnotis. Hipnotis
sebagaimana yang dikemukakan pada uraian sebelumnya merupakan teknik komunikasi
alam bawah sadar. Sementara itu hypnoteaching merupakan seni berkomunikasi
dengan jalan memberikan sugesti agar para siswa menjadi lebih kreatif, cerdas
dan imajinatif.[41]
Sebagaimana hipnotis pada umumnya, maka penyajian materi dengan
menggunakan metode hypnoteaching dilakukan dengan mengkomunikasikan pikiran
alam bawah sadar yang dapat menimbulkan sugesti siswa untuk berkonsentrasi
secara optimal terhadap materi yang disampaikan guru. Pikiran alam bawah sadar
lebih mendominasi dalam setiap kegiatan manusia. Pikiran sadar hanya
berpengaruh sekitar kurang lebih 12%, sementara pengaruh pikiran bawah sadar
memegang kendali 88%.[42]
Pikiran bawah sadar lebih bersifat netral dan sugestif. Pikiran bawah sadar
dapat diasumsikan sebagai sebuah memori jangka panjang manusia yang menyimpan
berbagai peristiwa, baik yang berdasarkan pengalaman pribadi (eksperimental)
maupun orang lain (induksi).[43]
Kondisi hipnotis dapat dibagi menjadi hipnotis ringan (light
hypnosis) dan hipnotis dalam (deep hypnosis). Proses belajar mengajar lebih
menggunakan teknik light hypnosis. Dalam kondisi hipnotis ringan, gelombang
pikir seseorang berada pada light alpha[44]
Ibnu Hajar mengemukakan beberapa langkah dasar yang perlu dilakukan
dalam mengimplementasikan metode hypnoteaching:[45]
1.
Niat dan
motivasi dalam diri sendiri
Dalam mengimplementasikan metode ini, seorang guru harus menanamkan
niat yang kuat, sebab niat ini akan memunculkan motivasi yang tinggi dan
komitmen yang kuat.
2.
Pacing
Pacing adalah menyamakan posisi, gerak tubuh, bahasa, serta
gelombang otak dengan orang lain atau dalam hal ini adalah siswa. Adapun teknik
melakukan pacing ini adalah: a) bayangkan usia guru setara dengan siswa; b)
gunakan bahasa yang seringkali digunakan siswa; c) lakukan gerakan-gerakan dan
mimik wajah sesuai dengan tema bahasan; d) kaitkan tema bahasan dengan tema
yang seang trend di kalangan siswa; e) selalu up date pengetahuan terkait tema bahasan
3.
Leading
Leading berarti memimpin atau mengarahkan sesuatu. Proses ini
dilakukan setelah pacing.
Dalam pembelajaran, guru harus mengkombinasikan antara peacing dan
leading. Kombinasi kedua teknik ini akan menciptakan suasana kondusif dan efektif
dalam pembelajaran.
Berikut contoh situasi yang menggunakan nonpacing & always
leading:
Bu Guru
Murid
Bu Guru
Murid
Bu Guru
|
:
:
:
:
:
|
Anak-anak, kerjakan soal 1-30 (melakukan perintah tanpa ada fakta
dan manfaat yang dirasakan siswa) Banyak banget, Bu (karena kurangnya
informasi tentang saran dan faktanya, pikiran bawah sadar siswa melakukan
penolakan yang diutarakan secara sadar)
Pokonya kalian kerjakan soal tersebut! (melakukan leading dengan
terus mengarahkan dan tidak pernah melakukan peacing)
Sepertinya, terlalu banyak Bu (pikiran bawah sadar siswa sudah
mulai merasakan ketidaknyamanan)
Ya sudah, Ibu tidak mau tahu, pokonya kerjakan dan letakkan di
meja Ibu, titik (selalu melakukan leading yang berdampak pada kurang
harmonisnya hubungan pikiran bawah sadar siswa dengan guru)
|
Contoh situasi yang menggunakan pacing-leading:
Bu Guru
Murid
Bu Guru
Murid
Bu Guru
Murid
Bu Guru
Murid
|
:
:
:
:
:
:
:
:
|
Anak-anak, untuk melatih kemampuan kalian dalam memahami
fungsi dan mekanisme organ tubuh manusia, kalian harus mengerjakan soal
nomor 1-30 yang harus segera dikumpulkan hari ini
Yaaah, kenapa hari ini, Bu....
(Lakukan pacing terlebih dahulu) Menurut kalian, soal sebanyak
itu perlu dikumpulkan kapan?
Besok, Bu....(dengan jawaban pengharapan)
(lakukan pacing sekali lagi) Bagaimana jika besok masih ada yang
tidak mengumpulkan?
Pasti dikumpulkan, Bu..(dengan penuh semangat dan percaya diri)
Baiklah, Ibu menghargai pendapat kalian. Besok pagi, soal nomor
1-30 dikumpulkan di meja Ibu.
hore..!!! (senang)[46]
|
4.
Gunakan kata
positif
Langkah pendukung selanjutnya adalah menggunakan bahasa atau
kata-kata yang positif. Kata-kata positif sesuai dengan sistem kerja pikiran
alam bawah sadar yang tidak menerima sugesti negatif.
5.
Berikan pujian
Pujian merupakan reward peningkatan harga diri seseorang. Pujian
merupakan salah satu cara untuk membentuk konsep diri seseorang. Maka
berikanlah pujian dengan tulus pada siswa Anda. Khususnya ketika ia berhasil
melakukan atau mencapai prestasi. Sekecil apapun bentuk prestasinya, tetap
berikan pujian. Termasuk ketika ia berhasil melakukan perubahan positif pada
dirinya sendiri, meski mungkin masih berada di bawah standart teman-temannya,
tetaplah berikan pujian. Dengan pujian, seseorang akan terdorong untuk
melakukan yang lebih dari sebelumnya
6.
Modeling
Modeling adalah proses memberi tauladan melalui ucapan dan perilaku
yang konsisten. Hal ini sangat perlu dan menjadi salah satu kunci
hypnoteaching. Setelah siswa menjadi nyaman dengan Anda, kemudian dapat Anda
arahkan sesuai yang Anda inginkan, dengan modal kalimat-kalimat positif. Maka
perlu pula kepercayaan (trust) siswa pada Anda dimantapkan dengan perilaku Anda
yang konsisten dengan ucapan dan ajaran Anda. Sehingga Anda selalu menjadi
figure yang dipercaya.
Selanjutnya seorang guru ketika akan mengaplikasikan metode
hypnoteaching dapat melakukan langkah-langkah sebagai berikut:[47]
1.
Semua siswa dipersilahkan duduk
dengan rileks
2.
Kosongkan pikiran untuk sesaat
3.
Tarik napas panjang lewat hidung,
lalu hembuskan lewat mulut
4.
Lakukan secara berulang dengan
pernapasan yang teratur
5.
Berikan sugesti pada setiap tarikan
napas supaya badan terasa rileks
6.
Lakukan terus menerus dan berulang
7.
Perhatikan posisi kepala dari semua
suyet. Bagi yang sudah tertidur, akan nampak tertunduk atau leher tidak mampu
menahan beratnya kepala
8.
Selanjutnya berikan sugesti positif,
seperti fokus pada pikiran, peka terhadap pendengaran, fresh otak dan pikiran,
serta kenyamanan pada seluruh badan
9.
Jika dirasa sudah cukup, bangunkan
suyet secara bertahap dengan melakukan hitungan 1-10, maka pada hitungan 10,
semua sayet akan tersadar dalam kondisi segar bugar.[48]
Hipnosis dalam pembelajaran sesungguhnya diperlukan untuk
membendung aktifitas critical area siswa. Ketika aktifitas critical area siswa
berada pada level yang cukup signifikan, maka informasi akan lebih sulit
diterima dan direkam dalam memori jangka panjang (alam bawah sadar). Dalam
kondisi ini, siswa akan menolak informasi-informasi yang bertentangan dengan
keinginannya. Sebagai contoh, ketika siswa tidak menyukai salah satu materi
pelajaran tentu ia akan sulit menerima informasi yang disampaikan guru. Hal ini
terjadi karena dalam kondisi ini aktifitas critical area siswa cukup tinggi.
Dengan demikian, maka seorang guru harus mampu menembus CA tersebut melalui
metode hipnoteaching.
Andri Hakim mengungkapkan bahwa untuk dapat menembus CA, seorang
guru harus memahami beberapa hal dalam proses hipnosis di antaranya:[49]
1) Relaxation; proses pembelajaran harus dimulai dengan suasana yang
menyenangkan yang dapat membuat siswa relaks, hal ini diperlukan untuk
mengistirahatkan aktifitas CA. Relaxation ini bisa diciptakan dengan
memperhatikan suasana kelas, penampilan pengajar dan kalimat pembuka yang dapat
membangun motivasi siswa; 2) Mind Focus & Alpha State; hipnosis dalam
pembelajaran bekerja pada level gelombang alpha yaitu mengkondisikan siswa
untuk memasuki kondisi hipnosis (hypnosis state). Dalam kondisi ini siswa
diharapkan lebih mudah merekam informasi ke dalam memori jangka panjang; 3)
Komunikasi bawah sadar; komunikasi terkadang kurang efektif dan efisien. Hal
ini disebabkan tidak adanya komunikasi bawah sadar yang mendukung terjadinya
sebuah “two way communication heart to heart” atau komunikasi dua arah dari
hati ke hati”. Dengan demikian maka diperlukan beberapa hal untuk membangun
komunikasi bawah sadar di antaranya: a) informasikan hal yang akan disampaikan
kepada siswa; b) guru harus memperhatiakan cara penyampaian dan cara mengatakan
informasi tersebut; c) kondisi atau situasi yang kondusif.
Dalam proses pembelajaran PAI, seorang guru bisa menjadikan metode
ini sebagai alternatif untuk bisa menciptakan suasana pembelajaran yang efektif
dan menyenangkan dengan membawa siswa ke suasana rileks dengan mengubah
gelombang pikiran siswa ke alam bawah sadar. Dengan demikian proses
pembelajaran dapat berlangsung dengan suasana yang kondusif serta menumbuhkan
daya kreativitas siswa.
C.
Penutup
Pembelajaran merupakan ruh sebuah proses kependidikan, sehingga
proses pembelajaran menjadi bagian yang cukup vital. Untuk menciptakan proses
pembelajaran yang efektif, seorang guru dituntut melahirkan produk-produk
inovatif dan kreatif.
Hypnoteaching merupakan metode alternatif yang bisa digunakan guru dalam
membangun suasana pembelajaran yang efektif dan menyenangkan. Metode ini
merupakan bagian dari aplikasi ilmu hipnotis yang bisa membawa siswa pada
suasana relaksasi dalam menerima materi pelajaran.
Adapun sistem kerja metode ini adalah guru melakukan komunikasi
pada alam bawah sadar siswa, hal ini dilakukan dengan cara mengubah gelombang
otak dari beta ke alpha. Dengan demikian, maka
hipnosis dalam pembelajaran bukanlah model hipnosis yang dipersepsikan
dalam acara-acara televisi, namun hipnosis dalam pembelajaran hanya berusaha
membangun kondisi yang kondusif dan menyenangkan dalam proses pembelajaran
(siswa tidak dibuat tertidur). Dalam kondisi alpha, konsentrasi siswa akan
terfokus, di saat inilah proses pembelajaran akan menjadi lebih bermakna.
[1]
Kurikulum di Indonesia mengalami perubahan pada tahun 1968 untuk memperbaharui
kurikulum sebelumnya, 7 tahun kemudian mengalami perubahan lagi dengan
munculnya kurikulum 1975. Selanjutnya 9 tahun kemudian berubah menjadi
kurikulum 1984 dan berlaku hingga munculnya kurikulum 1994. Sesudah berjalan 10
tahun kurikulum 1994 mengalami perubahan dengan munculnya kurikulum 2004
(Kurikulum Berbasis Kompetensi) dan yang terakhir KBK juga mengalami
penyempurnaan dengan munculnya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) tahun
2006 Lihat: H. Lias Hasibuan, Kurikulum dan Pemikiran Pendidikan, (Jakarta:
Gaung Persada Press, 2010), h. 15
[3]
Inovasi merupakan suatu ide, barang, kejadian, metode yang dirasakan atau
diamati sebagai sesuatu yang baru bagi seseorang atau masyarakat luas. Dalam
dunia pendidikan, inovasi tidak selalu diterima sebagai pilihan yang tepat
bahkan dalam keadaan tertentu inovasi tidak membawa perbaikan. Namun hal ini
bukan berarti inovasi akan dihentikan, sebab inovasi pasti akan selalu muncul
sebagai konsekuensi perubahan dan tuntuan perubahan. Sebuah inovasi termasuk
dalam pendidikan akan diterima jika memiliki karakteristik sebagai sebuah
inovasi. Beberapa karakteristik inovasi:
a) Trialabilitas, b) Kompleksitas, c) Keunggulan relatif dan d)
Kompatibel. Lihat: H. Eko Supriyanto, Inovasi Pendidikan: Isu-isu Baru
Pembelajaran, Manajemen, dan Sistem Pendidikan di Indonesia, Surakarta:
Muhamadiyah University Press, cet v, 2009, h. 3-4
[8] Pada
era modern ini hipnotis tidak lagi dimanfaatkan sebagai ilmu yang dimanfaatkan
untuk kepentingan ritual ataupun medis, namun hipnotis berperan hampir di
seluruh dimensi kehidupan manusia. Di antara manfaat hipnotis adalah: a)
Hypnoterapy merupakan aplikasi hipnotis dalam bidang pengobatan seperti
gangguan mental, fisik dan sebagainya; b) Medical hypnosis yaitu penggunaan hipnotis
untuk dunia medis, terutama penggunaan untuk dokter ahli bedah; c) comedy
hypnosis yaitu hipnotis dimanfaatkan untuk hiburan semata; d) Forensic Hypnosis
diaplikasikan dalam penyelidikan oleh pihak kepolisian; e) Methaphysical
Hypnosis merupakan aplikasi hipnotis dalam meneliti berbagai fenomena metafisik
seperti meditasi dan sebagainya. Lihat: K.S. Pangumbaraan, “Master
Hipnotis”, (Djap Djempoel, 2010), h.45-50
[11] Pesan
merupakan serangkaian kalimat verbal yang akan disampaikan ke dalam diri penerima pesan melalui telinga
dan kemudian akan memasuki hati selanjutnya hati ini lah yang kemudian akan
tergerak untuk melakukan perintah dari pesan yang disampaikan. Dalam hipnotis
modern, yang dimaksud dengan hati adalah sesuatu yang bersangkutan dengan “alam
bawah sadar”, tempat di mana energi motivasi dan energi inner (diri
sesungguhnya) berada. Lihat: John Af., Hipnotis Modern, (Djap Djempoel,
2009), h. 28