Tidak terasa hari ini kita memasuki pertemuan ke 8, Mari kita bersyukur selalu karena masih diberikan kesempatan pada malam ini 20 Januari 2021 untuk mengikuti kegiatan belajar menulis bersama orang-orang hebat dan nara sumber hebat.
Menu pertemuan kali ini disuguhkan oleh seorang
nara sumber hebat, beliau adalah bapak Mukminin, S.Pd., M.Pd. beliau terlahir
di Jombang 6 Juli 1965. Beliau sehari hari adalah seorang pendidik di SMP 1
Kedungpring Lamongan sejak 1989 sampai sekarang, waktu yang sangat lama bukan?.
Di samping seorang pendidik, beliau juga adalah seorang konsultan Umroh dan
Haji Plus dan yang tidak kalah pentingnya adalah beliau seorang penulis handal
yang karyanya sudah tidak bisa diragukan lagi.
Sebagai motivasi untuk saya pribadi, saya ingin
mengutip salah satu motto nara sumber malam ini, Man Jadda Wa Jada”. Motto
ini jika kita analisa memiliki makna yang sangat luar biasa, mampu melahirkan
semacam kekuatan yang akan memacu dan memicu semangat kita untuk mencapai suatu
tujuan, “barang siapa yang bersungguh-sungguh pasti akan mendapatkan”. Motto
ini sangat relevan sebagai sebuah motivasi bagi kita yang saat ini lagi
berjuang mengikuti kegiatan belajar menulis sebagai ikhtiar untuk membumikan
literasi.
Cak Inin di awal penyampaian materi
mengemukakan bahwa dalam menerbitkan buku seorang penulis pemula setidaknya
memperhatikan 4 hal penting yaitu:
PERTAMA, Diperlukan sebuah keberanian dan tekad
yang kuat untuk mempublikasikan tulisan dengan satu niat yaitu berbagi
pengalaman. Tanpa niat yang kuat keinginan menerbitkan buku hanya akan sebatas
keinginan. Menulis bukanlah sebuah bakat namun sebuah usaha yang didorong
dengan kekuatan niat yang tulus di samping terus mengasah kompetensi untuk berlatih
menulis.
KEDUA, mendesain ulang mindset kita bahwa
“menulis itu mudah”. Jika pola pikir sudah terbentuk bahwa menulis itu mudah,
maka secara otomatis akan menggerakan seluruh indra secara bersamaan melahirkan
sebuah karya tulis yang melibatkan hati, rasa, jemari dan seluruh indra yang
ada. Sugesti yang positif akan melahirkan aksi yang positif demikian pula
sebaliknya. Cak Inin mengatakan bahwa “Menulis itu semudah bicara”. Anda bicara
lalu rekam dengan handphone (Writter plus atau Color Note) lalu edit maka jadilah
tulisan. Karena itulah kemudian Cak Inin menyarankan kita untuk menulis apa
saja yang kita dengar, kita lihat, kita
baca dan kita rasakan.
KETIGA Kenali potensi diri, apakah kita suka
menulis buku bisnis, agama, pendidikan, atau
fiksi seperti novel, cepen, puisi dan sebagainya. Dengan mengenali potensi diri
maka akan mempermudah kita dalam menulis. Namun tentu saja potensi ini tidak
akan bermakna jika tidak dilatih secara terus menerus, karena itu kita harus
terus berlatih menulis dan menulis.
KEEMPAT Banyak membaca. Kompetensi menjadi
seorang penulis bisa didapatkan dari berbagai macam cara, bisa melalui
pengalaman atau pengetahuan dengan banyak membaca buku. Dengan kedua hal ini
maka karya yang kita tulis bisa lebih kaya dan menarik.
Tentu tidak semua dari kita memiliki waktu luang
karena kita harus membaginya dengan profesi atau pekerjaan yang kita geluti,
misalnya saya sebagai seorang guru yang harus disibukkan dengan kegiatan rutin
d sekolah, mendesain pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, mengevaluasi
sampai membuat tindak lanjut untuk program pembelajaran selanjutnya, karena itu
kita harus pandai membagi waktu.
Dengan kesibukan tersebut, kita harus pandai “mencuri”
waktu untuk mengumpulkan ide yang nantinya akan menjadi sebuah tulisan. Kita
harus mampu untuk merekam setiap peristiwa atau kejadian yang ada di sekitar.
Hal ini selanjutnya bisa dijadikan sebagai materi atau ide dalam mendesain sebuah
karya tulis. Bagaimana cara melakukannya? Manfaatkan handphone kita untuk
merekam peristiwa atau kejadian di sekitar lalu tulis point-point penting
dengan menerapkan rumus 5W + 1H. Cara lain yang bisa dilakukan adalah dengan
menulis di buku catatan atau langsung bicara dan direkam menggunakan handphone.
Di samping itu kita harus bisa menentukan waktu
yang tepat untuk menulis karena setiap orang memiliki karakter yang
berbeda-beda. Ada yang bisa menulis di waktu shubuh setiap selesai sholat dan
ada juga yang merasa nyaman jika menulis sebelum tidur. Kembangakan pokok-pokok
tulisan menjadi tulisan yang baik, enak dibaca dengan kalimat pendek, sederhana
yang mudah dipahami dan gunakan istilah umum.
Selanjutnya tampilkan tulisan yang kita miliki
dengan gaya tersendiri (trade Mark),
karena setiap orang tentu saja memiliki style dan gaya yang berbeda-beda.
Kemudian hal penting yang perlu kita pahami adalah jangan membatasi jumlah
halaman, mengalir saja, tulislah sebanyak-banyaknya. Jangan menulis sambil
mengedit. Tulis saja sampai selesai baru kita edit sampai benar-benar bagus
sesuai dengan EYD / EBBI. Kemudian selanjutnya kita harus mempelajari bagaimana
buku itu diterbitkan.
Adapun langkah-langkah menyiapkan naskah
tulisan untuk diterbitkan adalah: (a) menyiapkan cover buku; (b) membuat Judul
yang menarik perhatian pembaca; (c) Apa saja yg harus dikirim ke penerbit dari
naskah / tulisan kita menjadi buku; (d). Siapkan kata pengantar; (e) Daftar
Pustaka; (f) Biodata penulis; (g) Sinopsis untuk cover buku bagian belakang yang
berisi, inti dari isi buku, kelebihan
buku kita dan untuk promosi; (h) Semua jadikan 1 file kirim ke ke penerbit
melalui email dan WhatsApp.
Mengenal Penerbit
Penerbit buku ada macam yaitu penerbit Mayor
dan kedua penerbit Indhie. Apa perbedaanya?
1. Perbedaan
dari Jumlah Cetakan. Penerbit mayor mencetak bukunya secara masal. Biasanya
cetakan pertama sekitar 3000 eksemplar atau minimal 1000 eksemplar untuk dijual
di toko-toko buku. Sementara Penerbit indie : hanya mencetak buku apabila ada
yang memesan atau cetak berkala yang dikenal dengan POD ( Print on Demand) yang
umumnya didistribusikan melalui media online Facebook, Twitter, Instagram,
Youtube, WA grup dan sebagainya.
2.
Perbedaan dari Naskah yang Diterbitkan. Penerbit mayor naskah harus
melewati beberapa tahap prosedur sebelum menerbitkan sebuah naskah. Tentu saja,
menyambung dari poin yang pertama, penerbit mayor mencetak bukunya secara masal
1000 - 3000 eksemplar. Mereka ekstra hati-hati dalam memilih naskah yang akan
mereka terbitkan dan tidak akan berani mengambil resiko untuk menerbitkan
setiap naskah yang mereka terima. Penerbit mayor memiliki syarat yang semakin
ketat, harus mengikuti selera pasar, dan tingginya tingkat penolakan. Penerbit
indie tidak menolak naskah. Selama naskah tersebut sebuah karya yang layak
diterbitkan; tidak melanggar undang-undang hak cipta karya sendiri, tidak
plagiat, serta tidak menyinggung unsur SARA dan pornografi, naskah tersebut
pasti diterbitkan.
3. Perbedaan
dari profesionalitas. Penerbit mayor tentu saja profesional dengan banyaknya
dukungan Sumber Daya Manusia di perusahaan besar mereka. Penerbit indie pun
profesional, tapi sering disalah artikan. Banyak sekali anggapan menerbitkan
buku di penerbit indie asal-asalan, asal cetak-jadi-jual. Sebagai penulis,
harus jeli memilih siapa yang akan jadi penerbit. Jangan tergoda dengan paket
penerbitan murah, tapi kualitas masih belum jelas. Mutu dan manajemen pemasaran
buku bisa menjadi ukuran penilaian awal sebuah penerbitan. Kadang murah Cover
kurang bagus, kertas dalam coklat kasar bukan bookpaper (kertas coklat halus).
4. Perbedaan Waktu Penerbitan. Penerbit mayor pada umumnya sebuah naskah diterima atau tidaknya akan dikonfirmasi dalam tempo 1-3 bulan. Jika naskah diterima, ada giliran atau waktu terbit yang bisa cepat, tapi ada juga yang sampai bertahun-tahun. Karena penerbit mayor adalah sebuah penerbit besar, banyak sekali alur kerja yang harus mereka lalui. Bersyukur kalau buku bisa cepat didistribusikan di semua toko buku. Namun, jika dalam waktu yang ditentukan penjualan buku tidak sesuai target, maka buku akan dilepas oleh distributor dan ditarik kembali oleh penerbit. Penerbit indie tentu berbeda, penerbit akan segera memproses naskah yang diterima dengan cepat. Dalam hitungan minggu sudah bisa terbit. Karena memang, penerbit tidak fokus pada selera pasar yang banyak menuntut ini dan itu. Penerbit menerbitkan karya yang penulisnya yakin karya tersebut adalah karya terbaiknya dan layak diterbitkan sehingga tidak memiliki pertimbangan rumit dalam menerbitkan buku.
5. Perbedaan
dari Royalti. Penerbit mayor kebanyakan penerbit mayor mematok royalti penulis
maksimal 10% dari total penjualan. Biasanya dikirim kepada penulis setelah
mencapai angka tertentu atau setelah 3-6 bulan penjualan buku. Penerbit indie umumnya
15-20% dari harga buku. Dipasarkan dan
dijual penulis lewat facebook, Instagram, whatApp grup, Twitter, status, dan
sebagainya
6. Perbedaan Biaya penerbitan. Penerbit mayor biaya
penerbitan gratis. Itulah sebabnya mereka tidak bisa langsung menerbitkan buku
begitu saja sekalipun buku tersebut dinilai bagus oleh mereka. Seperti yang
sudah disebut di atas, penerbit mayor memiliki pertimbangan dan tuntutan yang
banyak untuk menerbitkan sebuah buku karena jika buku tersebut tidak laku
terjual, kerugian hanya ada di pihak penerbit. Penerbit indie berbayar sesuai dengan
aturan masing-masing penerbit. Antara penerbit satu dengan yang lain berbeda. Karena pelayanan dan mutu buku
yang diterbitkan tidak sama.
Contoh penerbit mayor adalah Gramedia Pustaka
Utama, Mizan, Republika, Grasindo, Loka Media, Tiga Serangkai, Bentang Pustaka,
Erlangga, Yudhistira, Andi Yogyakarta
dan lain sebagainya.
Mengenal penerbit Kamila Press Lamongan
Kamila Press Lamongan merupakan penerbit
Indhei yang melayani cetak buku , jasa
lengkap dengan jasa desain cover buku,
Lay out, editing dan ISBN. Jasa
Penerbitan Kamila Press Lamongan dengan harga terjangkau. Kamila Press Lamongan melayani seluruh Indonesia. Dalam tahun 2020
sebagai penerbitan tahun perdana yang berjalan mulai September sampai dengan Desember 2020 telah
menerbitkan 20 buku para guru dari pulau Jawa, NTT, Kalimantan, dan Sumatera.
Syarat-syarat penerbitan di KAMILA PRESS
LAMONGAN yaitu: (1) Kirimkan naskah lengkap mulai judul, kata pengantar, daftar
isi, naskah lengkap sesuai urutan daftar isi, daftar pustaka, biodata penulis dengan
foto dan Sinopsis; (2) Ketik A5
ukurannya 14,8 x 21 cm, spasi 1,15 ukuran fon 11 dan margin kanan 2 cm, kiri 2
cm, atas 2 cm dan bawah 2 cm. Gunakan huruf Arial, calibri atau Cambria dan masukkan dalam 1 file kirim ke WA
atau email gusmukminin@gmail.com. Selain mendapat fasilitas buatkan
cover buku, layout, edit dan ISBN penulis juga dapat PO (Pre Order) buku /
promo buku dengan harganya serta dapat sertifikat dari penerbit yang kerja sama
dengan pencetakan.
Demikian paparan Cak Inin yang dapat saya ramu
dan racik dari pertemuan malam ini. Jika ada yang kurang tentu ini menjadi
peluang bagi bapak ibu pembaca untuk memberikan masukan agar resume ini menjadi
lebih baik lagi. Mari terus bersemangat, menorehkan karya sebagai warisan untuk
anak cucu.