Artikel

Rabu, 20 April 2022

MENINGKATKAN SKILL MENULIS ALA PROFESOR INDRAJIT

Pada pertemuan kali ini, Senin 15 Pebruari 2021 materi disuguhkan oleh Prof. Indrajit yang akan berbagi tips meningkatkan skill menulis.

Di awal pemaparannya professor berandai-andai dengan mengatakan: “Seandainya memiliki waktu seminggu berliburan bersama suami/istri dan anak-anak, pasti dalam seminggu tersebut banyak sekali yang bisa diceritakan”. Ungkapan yang disampaikan ini sesungguhnya memberi signal bahwa kita tidak akan kehabisan ide dalam menulis, karena akan banyak hal yang bisa diceritakan dan dituangkan dalam tulisan.

Lebih lanjut kemudian Proffesor Indrajit menceritakan bahwa di hari ini beliau memebersamai anak bungsunya belajar daring (online) sembari berdiskusi ringan terkait masalah pengalaman belajar online bersama tiga orang gurunya mulai dari jam 8 pagi sampai dengan jam 12 siang. Selanjutnya karena iseng, professor kemudian menulis pengalaman tersebut dalam sebuah catatan pribadi, betapa terkejutnya beliau bahwa ternyata pengalaman yang diceritakan tersebut sudah terdeskripsi 10 halaman. Padahal yang ditulis adalah menceritakan kembali apa yang dialami dari pagi hingga petang hari. Dengan demikian bisa dibayangkan jika menulis setiap hari kita bisa menghasilkan 300 halaman setiap bulannya.

Berdasarkan pengalaman yang disampaikan tersebut, dapat dipahami bahwa pada dasarnya teknis menerbitkan buku dalam waktu satu minggu cukup sederhana, hanya dengan mengubah komunikasi dari oral (mulut) ke dalam tulisan. Hal ini bisa dilakukan dengan memilih satu topik yang sangat disukai dan dikuasai lalu menceritakan pengalaman tersebut dalam tulisan. Sebagai contoh jika kita ngefans dengan Valentino Rossi dan Moto GP kita bisa menceritakan apa saja tentang VR46 dan Moto GP, jika suka dengan kuliner kita bisa menjadikan menu makanan dan aneka resep sebagai kontens tulisan, yang suka traveling, menyanyi, mengaji, bermain catur, membuat puisi dan sebagainya tentu ini bisa dijadikan sebagai konten yang bisa diceritakan dalam tulisan setiap harinya. Intinya sederhana, lakukan aktivitas ini setiap hari seperti kita biasa sholat lima waktu sehari semalam, jika hal ini menjadi kebiasaan apalagi sampai membuat ketagihan, maka target harus ditingkatkan menjadi 2-5 halam per hari.

Namun membiasakan aktifitas sederhana ini apalagi sampai membuat kita ketagihan bukan hal yang mudah, karena membutuhkan komitmen dan keistiqomahan. Semua persoalan ini tentu saja datang dari dari faktor internal yaitu diri kita sendiri, maka hal yang harus kita lakukan sesungguhnya adalah melawan diri sendiri.

Menulis juga bisa dipicu karena hal-hal lain. Misalnya orang tua yang sering sekali memberikan nasihat ke anak-anak remaja tapi mereka cuek atau tidak mendengarkan. Yang bisa dilakukan adalah menuliskan nasehat dalam bentuk surat, misalnya dengan menuliskan "surat untuk anakku yang kubanggakan", lalu diprint out dan letakkan di meja belajar atau di kamarnya, trik ini bisa menjadi ikhtiar mengubah karakter anak yang “anti nasihat”.

Intinya adalah bahwa menulis itu bukan saja bertujuan untuk publikasi. Menulis bisa menjadi ikhtiar meningkatkan imunitas tubuh (supaya tidak mudah terjangkiti covid). Karena menulis dapat membuat orang lain bahagia, tersenyum, gembira, tertawa. Dengan menulis cucu, cicit, dan anak keturunan kita dapat mengenal siapa kita, sebagai mbah buyutnya. Karena apapun yang kita tulis akan terekam abadi di dunia maya.

Menulis adalah sebuah komitmen, jika kita bisa berkomitmen untuk menulis satu hari saja dari pagi hingga malam hari kita bisa menghasilkan sebuah buku. Kita bisa memaksa diri untuk mendeskripsikan apa saja, termasuk hal-hal yang aneh misalnya kita kedatangan  Malaikat dan memberitahukan bahwa usia kita tinggal 24 jam lagi, dan dalam waktu yang tersisa kita tidak bisa bertemu dengan siapa-siapa kecuali ditemani sebuah laptop, buku, dan sebuah pena, dengan benda-benda tersebut kita akan menyampaikan pesan kepada orang-orang terdekat, dan sangat memungkinkan dalam situasi semacam ini kita akan berhasil menghasilkan sebuah buku yang berisi kisah mengharukan dalam durasi waktu 24 jam.

Dengan demikian, membangun kreatifitas dan skill menulis sesungguhnya memerlukan komitmen dan kestiqomahan yang maksimal serta sedikit pemaksaan.  “Pemaksaan” menjadi sangat penting mengingat sebuah kebiasaan yang positif terkadang harus diawali dengan sebuah “paksaan”. Hal ini bisa kita lakukan misalnya dengan meluangkan waktu setidaknya 2 jam sehari untuk tidak diganggu siapa pun, agar bisa konsentrasi menulis.  Karena sebagai penulis pemula, konsentrasi dan ketenangan sangatlah dibutuhkan.

Lalu bagaimana jika ketika menulis kita mulai “mogok” disebabkan kehabisan ide? Hal ini biasanya terjadi karena badan dan otak kita sudah mulai lelah, karena itu kita perlu beristirahat sejenak misalnya dengan bersantai-santai, olah raga, bermain dengan anak, dan bercengkrama bersama keluarga, mendengarkan murottal, nasyid, atau apa saja yang bisa mengendorkan  otot otak dan badan yang tegang. Setelah semua ini kita lakukan dan merasa energy kita kembali baru kemudian aktivitas menulis bisa kita mulai lagi.

Cara menulis cepat bisa dilakukan apabila kita berada pada lingkungan yang kondusif. Namun tiap orang bisa berbeda. Ada orang yang justru bisa menulis cepat dalam keramaian, di sekitarnya ada orang ramai sedang ngobrol, bermain, dan sebagainya. Namun sebaliknya ada orang yang membutuhkan suasana tenang untuk bisa menulis baru bisa menulis cepat apabila suasana tenang.

Setiap tulisan itu sudah ada pembacanya masing-masing. Tidak mungkin kita buat tulisan yang bisa memuaskan banyak orang. Di era digital ini tidak ada halangan bagi kita untuk berkarya, mendokumentasikan tulisan. Manfaatkan blog untuk menyampaiakn tulisan, jika tulisan tersebut bermanfaat, maka jangan kaget ketika tiba-tiba ada banyak sekali orang yang menikmatinya dan meninggalkan pesan-pesan yang positif dari tulisan yang kita upload di blog. Tulisan yang datang dari hati tulus, tidak ada yang salah. Sebuah  pepatah mengatakan:

"jika anda melakukan hal-hal yang anda sukai, anda tidak akan merasa bekerja satu detik pun!"

Biarkan ide mengalir, karena menulis, bekerja, mendidik, mengasuh anak, itu adalah satu tarikan nafas. Jangan mau diatur oleh waktu, kita yang harus mengatur waktu. Kondisi Covid-19 ini adalah saat yang baik untuk belajar mengelola waktu.

Dalam menulis, referensi adalah pendukung ide atau gagasan yang kita tulis, terutama jika kita ingin membuat karya ilmiah. Tujuannya adalah agar pendapat kita secara akademik memiliki dasar ilmunya. Sementara untuk tulisan fiksi, cerita, dan sebagainya cukup didasarkan pada imajinasi kita. Nah untuk tulisan yang membutuhkan referensi dari jurnal, bisa dilakukan dengan dua cara. Cara pertama adalah kita tulis dulu semua yang ada di kepala kita tanpa melihat referensi, setelah jadi baru kita mencari referensi pendukungnya. Sementara cara kedua adalah kita baca dulu sebanyak mungkin referensi yang ada, baru kemudian kita mulai menulis sampai tuntas.

Dalam menulis kita harus siap jika tulisan kita diabaikan orang. Ada sebuah pepatah yang mengatakan begini "dalam menghasilkan karya tulisan, tidak perduli beberapa kali kita jatuh dan dicemoohkan orang, tapi lihatlah berapa kali kita dapat bangun dan bergerak untuk menulis lagi setelah belajar dari peristiwa masa lalu!".

Fokuskan pada orang yang menyukai dan memuji tulisan kita. Tidak perlu menghiraukan mereka yang mencemooh atau menghina kita. Yang penting tulisan yang kita buat tulus, dan dari lubuk hati terdalam. Pencipta kita yaitu Tuhan YME itu tersenyum setiap kali kita menghasilkan tulisan yang berisi kejujuran dan ide dari kita sebagai mahluknya yang jauh dari sempurna.

Seperti yang saya katakan sebelumnya, motivasi itu terkadang harus diciptakan jika ada pressure. Pressure bisa datang dari luar atau dari dalam diri sendiri, misalnya dengan membuat target. Ini cerita nyata. Dulu saya punya perjanjian dengan istri saya ketika baru menikah. Jika dalam satu hari saya tidak bisa memperlihatkan sebuah tulisan dalam 5 halaman, maka saya akan tidur di sofa, di luar kamar.

Pada intinya, semua bisa dituliskan. Bahkan jaman sekarang, publikasi itu tidak lagi harus berbentuk buku. Anda bisa menerbitkannya dalam bentuk e-book. Seperti halnya musik sudah Jarang yang menjual kaset atau CD lagi. Semua yang dijual adalah file, membuat e-book lebih cepat dan membuat dampaknya lebih besar daripada buku klasik dengan format fisik.

Harimau mati meninggalkan belang, gajah mati meninggalkan gading, manusia mati meninggalkan nama. Artinya adalah bahwa dari semenjak dulu nenek moyang kita ingin agar kita menulis, karena hanya dengan menulislah maka kita dapat hidup seribu tahun lagi.