Artikel

Jumat, 19 Maret 2021

MENELUSURI JEJAK PERJALANAN SANG GURU: TGH. MUSTHOFA UMAR ABDUL AZIZ (Bagian 2)

Setelah tidak lagi menjadi siswa di Sekolah Rakyat, TGKH. Musthofa Umar Abdul Aziz dididik oleh orang tuanya di rumah dengan memperdalam ilmu agama sembari membantu ayahnya bekerja di sawah dan terkadang membantu ibunya berjualan kue, dan kondisi ini berlangsung kurang lebih selama 5 tahun karena setelah itu beliau kembali menuntut ilmu di Pondok Pesantren Nahdlatul Wathan (NW) Pancor Kabupaten Lombok Timur di bawah bimbingan TGKH. M. Zainudin Abdul Madjid.

TGKH. M.  Zainuddin Abdul Madjid adalah seorang ulama di Pulau Lombok yang secara genitas berasal dari garis keturunan darah biru. TGKH. M.  Zainuddin Abdul Madjid dilahirkan di kampung Bermi, Pancor, Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat pada tanggal 17 Rabi’ul Awwal 1316 H bertepatan dengan tanggal 5 Agustus 1898 M dari perkawinan TGH. Abdul Madjid dengan seorang wanita bernama Hajah Halimah al-Sa'diyah. Sejumlah kalangan berpendapat bahwa TGKH. M.  Zainuddin Abdul Madjid berasal dari  keturunan orang-orang terpandang, yaitu keturunan sultan-sultan Selaparang. Argumen ini paralel dengan analisa yang diajukan oleh seorang antropolog berkebangsaan Swedia bernama Sven Cederroth, yang merujuk pada kegiatan ziarah yang dilakukan TGKH. M.  Zainuddin Abdul Madjid ke makam Selaparang pada tahun 1971, sebelum berlangsungnya kegiatan pemilihan umum. 

Praktek ziarah semacam ini memang biasa dilakukan oleh masyarakat Indonesia pada umumnya, termasuk masyarakat Sasak, untuk mengidentifikasikan diri dengan leluhurnya. Di samping itu pula, TGKH. M.  Zainuddin Abdul Madjid tidak pernah secara terbuka menyatakan penolakannya terhadap anggapan dan pernyataan-pernyataan yang selama ini beredar tentang silsilah keturunannya, yakni kaitan genetiknya dengan sultan-sultan Kerajaan Selaparang

TGKH. Musthofa Umar Abdul Aziz menuntut ilmu di bawah bimbingan TGKH. M. Zainudin Abdul Madjid kurang lebih selama 4 tahun. Pendidikan di Pancor seharusnya diselesaikan selama 6 tahun, namun karena TGKH. Musthofa Umar Abdul Aziz tergolong santri yang memiliki kecerdasan intelektual di atas rata-rata maka pendidikannya di Pancor dapat diselesaikan hanya dalam waktu 4 tahun. Dalam keseharian di pondok, TGKH. Musthofa Umar Abdul Aziz terkenal sebagai santri yang sangat rajin belajar dan beribadah. Semangat belajar yang menjadi karakteristiknya semakin produktif karena ditopang oleh kemampuan akademiknya yang cukup tinggi. Dalam waktu yang relative singkat beliau dapat mengusai materi kitab yang disajikan. Satu hal yang menjadi tradisi TGKH. Musthofa Umar Abdul Aziz ketika berada di pondok adalah selalu tidur lebih awal dan bangun cepat. Pada sepertiga malam beliau selalu menghabiskan waktu untuk bercengkrama dengan Allah SWT melalui Qiyam al Lail, Tilawah al Quran, dan mengkaji kitab-kitab yang telah dipelajari serta melakukan wirid dzikir.

Setelah menyelesaikan pendidikan di Pondok Pesantren Nahdlatul Wathan Pancor pada tahun 1949, TGKH. Musthofa Umar Abdul Aziz akhirnya kembali ke kampung halaman dan mengabdikan diri di lembaga pendidikan yang dibangun kakak beliau yaitu TGH. Muhammad Sakaki. Lembaga pendidikan ini berorientasi untuk mendidik dan membina anak-anak dalam pendidikan keagamaan. Dalam perkembangannya, lembaga pendidikan ini mendapat respon yang cukup positif dari masyarakat, sehingga masyarakat pun menyarankan agar jangkauan lembaga ini diperluas sehingga tidak terbatas untuk mendidik anak-anak namun juga remaja atau masyarakat umum. Dalam rangka mewujudkan harapan masyarakat tersebut, lembaga pendidikan yang pada awalnya bernama Nahdlatul Aulad berubah menjadi Nahdlatul Muslimin.

Di samping menjalankan profesi sebagai seorang pendidik di lembaga Nahdlatul Muslimin, TGKH. Musthofa Umar Abdul Aziz juga membuka peluang usaha berupa menjual sembako dan bisnis jual beli tanah. Setelah sekian lama bergelut di dalam dunia pendidikan dan dunia usaha, TGKH. Musthofa Umar Abdul Aziz memutuskan untuk pergi berhaji ke Tanah Suci melalui jalur laut dengan menggunakan kapal.

Sekembali dari Tanah Suci, TGKH. Musthofa Umar Abdul Aziz menyempatkan diri untuk bersilaturrahmi dengan sang guru TGKH. M. Zainudin Abdul Madjid. Di sela-sela agenda silaturrahmi tersebut, Sang Guru menyarankan TGKH. Musthofa Umar Abdul Aziz untuk melanjutkan studi di Makkah untuk memperdalam kajian terhadap kitab-kitab keislaman. Setelah cukup lama merenungi saran dari Sang Guru, maka TGKH. Musthofa Umar Abdul Aziz akhirnya memutuskan untuk melakukan pengembaraan ke Tanah Suci mengambil berkah ilmu dari para masyaikh.

TGKH. Musthofa Umar Abdul Aziz cukup lama menuntut ilmu di Makkah. Tidak hanya menuntut ilmu, beliau juga dipercaya oleh pemerintah Arab Saudi sebagai tim pengajar di Masjidil Harom, tugas ini beliau jalankan kurang lebih selama 2 tahun terakhir sebelum dikeluarkan kebijakan oleh pemerintah Arab Saudi terkait larangan mengajar di Masjid al Haram bagi pengajar yang tidak memiliki surat domisili. Pada tahun 1985 pemerintah Arab Saudi mengeluarkan kebijakan bahwa seluruh ulama non Arab tidak lagi diperkenankan mengajar di Masjidil Harom kecuali yang memiliki surat keterangan domisili. Terkait kebijakan ini, maka TGKH. Musthofa Umar Abdul Aziz akhirnya kembali ke Pulau Lombok dan mendirikan Pondok Pesantren Al-Aziziyah.

Setelah cukup lama mengabdikan diri kepada masyarakat untuk mendistribusikan ide dan pemikiran beliau serta ikhtiar membumikan al Quran di Pulau Lombok melalui Pondok Pesantren Al-Aziziyah, tepat di hari Kamis tanggal 1 Rajab 1435 H atau bertepatan dengan tanggal 1 Mei 2014 sekitar pukul 11.40 WIB TGKH. Musthofa Umar Abdul Aziz kembali ke rahmatullah dengan meninggalkan 1 orang istri yaitu Hj. Fauziyah dan 8 orang putra putri yaitu Drs. H. Munawwir Musthofa, SH, MH, H. Munawwar Hadi, S.H, H. Fauzul Bayan Musthofa, S.Ag, TGH. Fathul Aziz Musthofa, Hj. Fuziyati Musthofa, H. Fauzan Musthofa, S.H, H. Fawwaz Musthofa, S.H, M.A, dan Hj. Zakiyah Musthofa, S.Pd.I.

TGKH. Musthofa Umar Abdul Aziz meninggalkan warisan berharga kepada masyarakat Lombok yaitu ribuan santri, dewan asatidz dan sebuah lembaga pendidikan Pondok Pesantren yang menjadi pusat pengembangan program Tahfizh al Quran di Pulau Lombok. Warisan tersebut tentu saja hingga kini memberikan kontribusi yang cukup signifikan terutama dalam ikhtiar pengembangan program Tahfizh al Qur’an di Pulau Lombok. Estapeta perjuangan TGKH. Musthofa Umar Abdul Aziz sejatinya harus senantiasa dilanjutkan agar ikhtiar membumikan kalam-kalam Tuhan di Pulau seribu Masjid dapat terwujud.

Guru-guru TGKH. Musthofa Umar Abdul Aziz

Kapasitas keilmuan yang dimiliki TGKH. Musthofa Umar Abdul Aziz tidak lepas dari peran para guru yang telah membimbing dan membina beliau baik ketika berada di Lombok maupun di Makkah al Mukarromah. Di antara guru-guru beliau adalah: (1) TGH. Umar Abdul Aziz, adalah orang tua sekaligus guru TGKH. Musthofa Umar Abdul Aziz. Sejak usia dini beliau secara intens dibimbing untuk memahami dasar-dasar agama terutama persoalan-persoalan terkait al-Quran. (2) TGKH. M. Zainuddin Abdul Madjid, adalah sosok yang juga berjasa dalam membimbing TGKH. Musthofa Umar Abdul Aziz ketika beliau menuntut ilmu di Pondok Pesantren Nahdlatul Wathan (NW) Panncor Lombok Timur. (3) TGH. Lalu Zainal Abidin, Sakra Lombok Timur. (4) TGH. M. Rois, Sekarbela Kota Mataram. (5) TGH. Abdul Hafizh, Kediri Lombok Barat; (6)   Syekh Hasan Masyath, TGKH. Musthofa Umar Abdul Aziz belajar tentang Hadits Bukhori Muslim. (7)  Syekh Muhammad Amin Quthby; (8)   Syekh Muhammad Qadir as-Syangkithy; (9)  Syekh Yahya Al-Hindy; (10) Syekh Yasin al-Fadany, TGKH. Musthofa Umar Abdul Aziz belajar Ilmu Sanad Hadits; (11) Syekh Zaid Hasan al-Yamani, TGKH. Musthofa Umar Abdul Aziz Ushul Fiqh; (12) Syekh Syekh Ahmad Anshori, TGKH. Musthofa Umar Abdul Aziz belajar tentang Fiqih; (13) Syekh Anizar Hamdi al-Iraqy, TGKH. Musthofa Umar Abdul Aziz belajar tentang ilmu Tafsir; (14) Syekh Manshur, TGKH. Musthofa Umar Abdul Aziz belajar tentang sejarah; (15) Syekh Abu Zakaria Yahya, TGKH. Musthofa Umar Abdul Aziz belajar Ilmu Tauhid; (16) Syekh Zakaria Billa, TGKH. Musthofa Umar Abdul Aziz belajar Ilmu Ushul Fiqh; (17) Syekh Abdullah al-Sankiti Murtania, TGKH. Musthofa Umar Abdul Aziz belajar Ilmu Nahwu; (18) Syekh Abdul Hamid al-Ubadi, TGKH. Musthofa Umar Abdul Aziz belajar Ilmu Tasawuf; (19)  Dan beberapa masyaikh lannya. (Bersambung)

Selasa, 09 Maret 2021

KISAH GURU INSPIRATIF DARI SUDUT TIMUR INDONESIA (Pertemuan ke 23)

Waktu berjalan begitu cepat dan tidak terasa malam ini kita sudah memasuki pertemuan  ke 23, Rabu 24 Februari 2021. Pada pertemuan kali ini perkuliahan akan disuguhkan oleh narasumber hebat, yang akan mengulas perjalanan kisahnya menjadi guru di "Sudut Timur Indonesia". Beliau adalah Khamdan Muhaimin, S.Pd, Gr seorang guru di SMPN 5 Sambi Rampas Kab. Manggarai Timur, Provinsi NTT.

Pak Khamdan Muhaimin bukanlah orang yang berasal dari “Timur Indonesia”, namun beliau adalah kelahiran Banjarnegara, Provinsi Jawa Tengah yang selanjutkan mengabdikan dirinya untuk membangun pendidikan di Sudut Timur Indonesia yaitu di kabupaten Manggarai Provinsi NTT. Beliau bertugas di daerah terpencil dengan kategori daerah 3T (Terdepan, terluar dan tertinggal), daerah yang cukup jauh dari hingar bingar kehidupan kota yang serba lengkap dengan fasilitas yang menopang kehidupan masyarakat.

Pak Khamdan mengabdi di daerah 3T (terdepan, terluar dan tertinggal) dari tahun 2015 sampai sekarang kurang lebih selama 6 tahun. Mendengar istilah daerah 3T tentu kita sudah bisa membayangkan kondisi daerah tersebut, seperti yang dipaparkan Pak Khamdan bahwa kondisi daerah tempatnya bertugas tidak ada akses listrik, sinyal susah, air susah, jalan rusak mendaki menurun sedangkan mata pencaharian masyarakat berkebun/petani kopi yang hasil panenya satu tahun satu kali. Sehingga kehidupan ekonomi masyarakat adalah ekonomi menengah ke bawah. Di sini terdapat 7 kampung yang mana masing-masing kampung lokasinya berjauhan antara yang satu dengan lainnya.

Akses menuju Ibu Kota Kabupaten membutuhkan waktu kurang lebih 4 jam. Jadi untuk sekedar menikmati semangkuk bakso, mie ayam, nasi gorong, sate dan lainnya kita harus menempuh perjalanan 8 jam.

Warga di "Sudut Timur Indonesia" ini tidak pernah atau bahkan  jarang sekali membeli sayur ke kota karena umumnya mereka menanam sendiri segala kebutuhan hidup untuk dimakan sehari-hari, alam sudah menyediakan apa yang mereka butuhkan. Mereka menanam labu, daun singkong, kubis, buncis, daun pepaya. Tetapi makanan favorit adalah daun singkong, labu beserta daunya karena tumbuh setiap saat (tidak mengenal musim) sedangkan kubis menunggu musim kemarau. Untuk lauk kita biasanya dengan telur,mie instan, ikan asin, ikan basah kalo musim ikan dan ayam pedaging .

Adat di daerah 3T sangat kuat, berbagai acara adat masih ada misalkan di daerah ini adalah Pertama Irong, tidak boleh berteriak, menyalakan api, ribut, selama 1-2 hari, tujuanya adalah supaya hasil panen melimpah. Kedua, Acara mbaru dor, adalah masuk rumah baru mereka menggunakan berbagai acara adat. Ketiga, Kepok tuak adalah adat menyambut kedatangan tamu dengan berbicara adat menggunakan tuak, rokok dan ayam kampung. Ungkapan ketulusan orang disini menerima tamu dan kegembiraan menyambut tamu baru. Keempat      Makan padi baru, acara pesta sekolah dll.

Kondisi yang serba terbatas inilah yang kemudian membuat Pak Khamdan termotivasi untuk mendokumentasikan kisahnya dalam sebuah tulisan. Menulis tentang berbagai  tantangan dan solusi menjadi pendidik di daerah 3T. Pertama kali menulis langsung menjadikannya finalis (10) besar kegiatan Simposium GTK 2016 di Jakarta yang diselenggarakan oleh Kemdikbud RI.

Motivasi terbesar yang membuatnya menulis adalah keinginan agar pendidikan di daerah khusus atau daerah terpencil yang masih serba kekurangan dari berbagai akses dapat diperhatikan oleh pemerintah. Di samping itu tentu saja dengan menulis tentang kisah pengabdian di daerah 3T dapat memotivasi guru-guru yang berjuang di garis depan daerah terpencil supaya para pendidik semangat  berinovasi dan  menginspirasi walaupun berada di tempat yang paling sudut dari Indonesia. Dan yang tidak kalah pentingnya adalah tulisan ini akan menjadi “tamparan” yang cukup keras bagi kita para pendidik yang ditakdirkan mendidik di daerah perkotaan, daerah yang serba lengkap dengan fasilitas namun justru belum mampu mendedikasikan diri seutuhnya untuk kemajuan pendidikan.

Memunculkan ide dalam menulis dapat dilakukan dengan mencari permasalahan-permasalahan untuk selanjutnya kita carikan solusinya seperti yang Pak Khamdan lakukan, menulis dengan mengidentifikasi  persoalan-persoalan yang ditemukan terutama berkaitan dengan pendidian di daerah 3T kemudian selanjutnya memberikan solusi dari persoalan-persoalan tersebut. Persoalan dan solusi ini selanjutnya didokumentasikan dalam tulisan setidaknya agar lebih banyak memberi manfaat, sehingga setiap orang yang membaca akan terinspirasi dan bisa menjadikannya referensi dalam menyelesaikan persoalan yang serupa.

“Sebaik manusia adalah yang bermanfaat untuk orang lain”

Di daerah 3T Pak Khamdan mendirikan rumah belajar pada tahun 2016 dan masih eksis sampai sekarang.  Rumah belajar ini dibangun dalam rangka mengarahkan anak-anak daerah 3T untuk belajar, mengingat segudang aktivitas yang harus mereka jalani sepulang sekolah. Anak-anak setelah pulang sekolah makan, istirahat sebentar kemudian ke kebun untuk ambil kayu bakar dan sayur kemudian pulang makan malam dan tidur karena kelelahan sehingga tidak sempat belajar. Melihat kondisi itu maka didirikanlah rumah belajar agar  anak-anak semangat belajar dengan menyajikan kegiatan les matematika, membaca buku, menggambar, mewarnai, bulu tangkis , bola voli, puzzle dan sebagainya. Sedangkan malamnya pukul 19.30 wita anak-anak juga dapat belajar mengoperasikan laptop dan akses internet gratis di rumah belajar. Bahkan yang sangat special rumah belajar ini pernah mendapatkan kiriman buku dari  Najwa Shihab sebagai duta baca Indonesia.

Di samping mendirikan rumah belajar, Pak Khamdan juga menjadi relawan di daerah 3T dengan membuat proposal bantuan ke berbagi instansi negeri maupun swasta. menjalin kerjasama dengan Yayasan, kampus, komunitas, media online, perpustaakan daerah maupun nasional. Bantuan-bantuan dari berbagai instansi termasuk lembaga sosial lainnya selanjutnya  didistribusikan ke sekolah-sekolah berupa flashdisk vidio pembelajaran, seragam sekolah, buku bacaan, alat tulis.

Tidak hanya untuk kebutuhan sekolah, banyak juga bantuan berupa mukena, al Quran, Iqro, buku, karpet, yang selanjutnya didisribusikan ke masjid. Di samping itu Pak Khamdan bersama donator  membuat dua sumber mata air dan 4 bak penampung air untuk warga sekitar yang kekurangan air di daerah 3T.

Mengabdi di daerah 3T membutuhkan 2 syarat utama yaitu harus ikhlas dan pastinya sabar. Di daerah 3T sinyal susah kadang blank sinyal 3 hari, kita bisa bayangkan 3 hari tanpa HP, berat bukan?

Persolan inilah yang dihadapi Pak Khamdan, sebagai solusi beliau menginisiasi sekolah berbasis digital seperti: Computer Based Tes offline dan pemilihan ketua OSIS offline merupakan pertama kali dilaksanakan di sekolah-sekolah yang ada di kabupaten Manggarai Timur, cara kerja ini digital akan tetapi tanpa menggunakan sinyal dan kartu perdana, selain itu dibuat  juga kelompok belajar mini di setiap kampung.

Ketika menemukan persoalan-persolan di daerah 3T Pak Khamdan biasanya mencatat persoalan tersebut, kemudian pada malam harinya beliau baca sambil  mencari solusi dengan inovasi-inovasi yang bisa dilakukan.

Memberikan perubahan di masyarakat membutuhkan waktu dan proses yang lama, tidak semudah mengedipkan mata. Harus dilakukan secara konsisten, istiqomah.  Secara perlahan kita sodorkan program yang bisa memberi manfaat untuk mereka. Umumnya masyarakat akan antusias dengan hal baru, terlebih lagi masyarakat yang berada di daerah pedalaman, kedatangan kita sangat diharapkan, karena mereka sadar bahwa kita akan membawa perubahan ke arah lebih baik..

Anak-anak di daerah 3T juga bagian dari kita, jadi kita juga harus merasa bahwa mereka harus mendapatkan kesempatan dan fasilitas yang cukup, sehingga kita berharap dan tentunya dengan ikhtiar yang kuat agar anak-anak di daerah 3T dapat mengejar ketertinggalan dengan pengabdian yang tulus dari guru-guru yang ditugaskan di daerah 3T.

Semoga Pak Khamdan selalu menjadi pelita yang akan menyinari daerah di “Sudut Yang Paling Timur Indonesia” dan tentunya selalu menginspirasi para pendidik untuk berikhtiar seoptimal mungkin menebar manfaat. Guru tidak hanya mengajar tetapi juga bisa berkontribusi bagi lingkungan sekitar yang membutuhkan.

TIPS MENCARI IDE MENULIS (Pertemuan ke 13)

Menu perkuliahan online malam ini Rabu 3 Pebruari 2021 disuguhkan oleh narsumber hebat Bapak Agus Sampurno yang bertemakan “Ide Menulis”. Saat ini narasumber menjabat sebagai Education specialist sekaligus Ketua Yayasan Pendidikan Sorowako Sulawesi Selatan. Sebelumnya dari tahun 2015- sampai Oktober 2020 beliau adalah Konsultan sekolah dan project leader pada Putera Sampoerna Foundation School Development Outreach Jakarta. (Tahun 2018) menjadi Master Trainer Sertifikasi BNSP.

Narasumber malam ini memiliki pengalaman mengelola sekolah menjadi Kepala sekolah Ananda Islamic School Jakarta Barat setelah sebelumnya selema 13 tahun  menjadi guru dan Koordinator kurikulum di Global Jaya International School Jakarta. Penghargaan yang pernah diraih adalah pada tahun 2009 sebagai Bloger Pendidikan terbaik Detik.com, menjadi guru Microsoft Indonesia Innovative Educators pada tahun 2010.

Untuk mengulas lebih jauh terkait “Ide Menulis”, setidaknya kita harus memahami beberapa prinsip dasar yaitu:

PERTAMA,  90% ide tulisan muncul ketika Anda tidak peduli dengan apa yang orang lain katakan mengenai tulisan anda. 10% keberhasilan menulis baru mengenai seberapa anda konsisten dalam menulis. KEDUA,  Menulislah dengan hati, mengeditlah dengan pikiran; KETIGA, Hambatan penulis terjadi ketika kita terlalu menghakimi diri sendiri saat mulai menulis; KEEMPAT,  Mengedit sebuah tulisan adalah sebuah upaya pembersihan dan akan terasa membosankan serta bisa juga membuat frustrasi, tetapi juga bersifat terapeutik atau hal yang baik bagi kegiatan menulis anda. Mengedit seperti yang sering kita lakukan dalam kehidupan kita. Buang jauh yang tak perlu. Utamakan yang inti; KELIMA, Tiga prinsip dalam menulis. 1) Sederhanakan pesan Anda. 2) Buatlah tulisan Anda menyenangkan, menakutkan, menegangkan, atau mendidik.3) Buatlah tulisan Anda begitu menarik sehingga seseorang pasti sudah gila untuk tidak membacanya.

KEENAM. "Menulis dengan baik berarti berpikir dengan baik. Jika Anda tidak dapat menulis dengan baik, itu berarti Anda tidak dapat berpikir dengan baik; KETUJUH,  Tulisan awal Anda akan seperti air kotor, tetapi semakin banyak Anda menulis, semakin bersih “air kreatif” Anda; KEDELAPAN,  Pisahkan kegiatan antara mencari ide dan menulis. Carilah ide dan buatlah daftar. Baru kemudian ambil stu persatu untuk anda tuliskan; KESEMBILAN, Kegiatan mengedit tulisan sama pentingnya dengan menulis itu sendiri. Jika anda membaca tulisan di blog yang 'mentah' itu berarti nafsu si penulis hanya menerbitkan (posting) dan bukan mempersembahkan buah pikiran nya yang terbaik;  KESEPULUH, Membuat sebuah judul tulisan adalah sebuah seni tersendiri. Teruslah berlatih; KESEBELAS, konsisten lah dalam menulis, anda akan menemukan diri anda sebagai penulis saat anda konsisten; KEDUABELAS, jangan pernah berpikir untuk punya ide anda sendiri. lakukan ATM terus menerus amati tiru dan modifikasi. Penyakit seorang penulis adalah memaksa dirinya keluarkan hal yang asli produk dari dirinya. akibatnya ia malah tidak pernah menulis; KETIGABELAS,  bagaimana menjadi sosok yang berbeda di internet?cari keunikan anda, pelajari sebuah hal yang akan jadi brand anda, jika sudah punya brand lanjutkan dengan mengajarkan orang lain.

Menu perkuliahan malam ini cukup membangkitkan selera, hal ini terlihat dari kegelisahan para peserta hebat yang dituangkan dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan. Di antara pertanyaan yang muncul misalnya adalah cara mengelola hati supaya tak merasa kecewa berkepanjangan ketika karya tulis tidak dihiraukan oleh orang lain. Dilihat tidak, apalagi sampai dibaca dan diberikan komentar.

Persoalan ini lumrah terjadi, dan ini sebagai sebuah ujian mental sekuat apa mental yang kita persiapkan untuk menjadi seorang penulis. Ada dua perspektif dalam hal berkarya, PERTAMA dilihat dari penulis. Bagi seorang penulis yang akan menjadi sorotan adalah yang buruk dan inilah yang pada akhirnya membuat si penulis kecewa. KEDUA adalah dilihat dari konsumen yaitu para pembaca. Pembaca akan selalu mengingat sisi bagusnya sebuah karya. Karena itulah kemudian sebagai seorang penulis sejatinya kita memposisikan diri layaknya sebagai konsumen yang akan menikmati sebuah karya sehingga kita akan selalu berpikir positif terhadap karya yang kita hasilkan. Kita harus bersikap masa bodoh dengan  karya kita yang tidak dilirik orang, teruslah berkarya karena boleh jadi suatu saat karya tersebut menjadi karya yang fenomenal.

Hal yang mesti dihindari adalah ketika kita menulis sesuatu yang merupakan ungkapan jiwa sendiri kemudian justru kita menuntut pembaca untuk memberikan respons positif terhadap karya tersebut. Penilaian sepenuhnya hak pembaca, jika mereka menikmati dan mendapat fanfaat dari karya kita sudah dipastikan mereka akan memberi respon positif. Secara secara manusiawi orang hanya memperhatikan sesuatu yang menguntungkan atau berguna bagi dirinya. Bukan berarti sebuah ungkapan jiwa tidak akan bisa dihargai.

Dalam menulis kita jangan pernah berpikir untuk punya ide sendiri. Sebuah karya tidak muncul murni dan alami tanpa pernah bersinggungan dengan karya lain yang serupa, maka kita harus menerapkan rumus ATM terus menerus, amati, tiru lalu modifikasi. Penyakit seorang penulis adalah memaksa dirinya keluarkan hal yang asli produk dari dirinya. akibatnya ia malah tidak pernah menulis.

Dalam menerapkan rumus ATM bukan berarti selanjutnya seorang penulis tidak memiliki kekhasan. Ada istilah 'nothing new under the sun's artinya di dunia ini sebenarnya tidak ada yang sama sekali baru. Lalu apa langkah kita selanjutnya? temukan siapa penulis yang kita sukai. Pelajari, telusuri jejak penulis tersebut lalu modifikasi konsepnya. Semakin sering kita melakukan riset, maka secara tersendiri kita pada akhirnya nanti akan melahirkan kekhasan kita sendiri.

ATM adalah cara untuk seorang penulis menyusun tenaga agar bisa konsisten kemudian punya gayanya sendiri. Bagaimana cara menemukan brand unik dari karya kita? Brand adalah hal yang kita sukai dan dengan senang hati akan kita ajarkan kepada orang lain. Dalam menulis brand bisa berarti sebuah cara orang tertarik pada sebuah tulisan. Brand membuat orang punya julukan dan citra yang melekat.

Di samping brand, ketertarikan pembaca dipicu juga dengan sebuah judul. Membuat judul berarti memunculkan sesuatu pernyataan yang membuat orang tertarik. Setidaknya ada 5 teknik pembuatan judul yang harus kita pahami (5 Persuasive Words That Controls Minds) yaitu: 1. You, 2. Free, 3. New, 4. Now 5. Secret. Kelima elemen ini harus terepresentasi dalam sebuah judul yaitu anda, Bebas atau gratis, Baru atau terkini, Sekarang, dan Rahasia. Salah satu contoh judul yang menggambarkan rumusan  tersebut adalah:

“Tips bagi anda, guru kreatif dalam menaklukan kelas yang pasif selama PJJ (Anda)”

“Gratis untuk anda, resep membuat video pembelajaran yang memukau siswa (Gratis)”

“Aplikasi terkini pembelajaran jarak jauh (Terkini)”

“Temukan sekarang, 10 penyebab murid malas saat pembelajaran jarak jauh”

“Tujuh rahasia guru yang dirindukan siswanya saat PJJ (Rahasia)”

MOTIVASI MENULIS (Pertemuan ke 12)


Alhamdulillah kembali malam ini 29 Januari 2021 kita bersilaturrahmi di kelas maya “Belajar Menulis Gelombag 17”. Berharap semangat terus menemani agar kita tidak tergerus kejenuhan dan kesibukkan yang kemudian membuat aktivitas menulis menjadi terbengkalai.

Pertemuan ke 12 ini kita akan ditemani oleh seorang narasumber hebat yang berasal dari Tana Toraja Provinsi Sulawesi Selatan. Jauh-jauh dari Sulawesi Selatan, beliau menyempatkan diri untuk silaturrahmi dan berbagi pengalaman pada malam ini. Kecanggihan teknologi membuat Tana Toraja menjadi semakin dekat

Narasumber kita malam ini adalah Pak Yulius Roma Patandean, S.Pd seorang guru yang mengajar Bahasa Inggris di SMAN 5 Tana Toraja. Beliau kelahiran 6 Juli 1988 dan merupakan salah satu alumni kelas belajar menulis gelombang 8, yang bukunya sudah tembus 2 kali ke penerbit mayor.

Buku Digital Transformation telah diterbitkan oleh Penerbit ANDI dan menyusul Buku berjudul Flipped Classroom yang akan diterbitkan juga oleh Penerbit ANDI. Kedua buku ini adalah tulisan kolaborasi Pak Yulius dengan Prof. Richardus Eko Indrajit. Buku Guru Menulis Guru Berkarya adalah buku kumpulan resume Pelatihan Belajar Menulis gelombang 8. Sementara Buku Tetesan Di Ujung Pena adalah buku kumpulan puisi yang ditulis di bulan September-Desember 2020.

Pada prinsipnya kita sesungguhnya memiliki dua modal dasar dalam mendokumentasikan karya tulis yaitu ide dan pengalaman. Kedua modal ini tidak akan bermanfaat jika kemudian tidak kita olah dan kembangkan menjadi sebuah karya tulis yang bermanfaat. Hal ini sesungguhnya mudah dilakukan karena kita semua memiliki potensi dalam menulis.

Untuk menggali potensi menulis tersebut, langkah awal yang perlu kita lakukan adalah dengan berlatih dan terus berlatih menulis. Salah satu yang paling sederhana yang bisa kita lakukan adalah dengan membuat resume dari materi perkuliahan online “Belajar Menulis” yang diinisiasi oleh Omjay dkk. Resume ini akan melatih keistiqomahan kita menulis, mengasah otak untuk berpikir memunculkan ide-ide kreatif yang selanjutnya dituangkan dalam tulisan. Resume ini menjadi sangat mudah karena kontennya sudah ada, tinggal kita berinovasi melakukan tambal-sulam agar rangkaian kata-katanya mudah dicerna.

Menulislah tanpa beban, seperti air yang mengalir dari ketinggian, di mana ia akan berhenti di tempat yang datar untuk menjadi satu kumpulan yang besar. Demikianlah kata demi kata yang kita tuliskan, sedikit demi sedikit, pada akhirnya akan terkumpul menjadi naskah yang bisa dibukukan.

(Yulius Roma Patandean)

Sebuah buku berdasarkan format yang ditetapkan UNESCO minimal berisi 40 halaman, jika kita menulis minimal 20 resume dengan jumlah 5 halaman pada setiap resumenya sebagaimana program pelatihan “Belajar Menulis” ini kita bisa selesaikan dengan  baik, maka dengan ukuran kertas A5 akan menghasilkan buku dengan jumlah 100 halaman.

Sebagai ikhtiar kita untuk membangun motivasi dalam menulis, kita harus selalu berbagi agar tulisan tersebut memberi manfaat untuk orang lain. Ketika tulisan mendatangkan kebermanfaatan untuk orang lain maka rasa percaya diri kita akan terbangun dan secara otomatis akan membangkitkan motivasi kita untuk menulis dan terus menulis. Kita bisa berbagi melalui blog, WA Grup sekolah, menulis artikel di laman guruberbagi.kemdikbud.go.id, atau bisa juga yang paling sederhana melalui KKG dan MGMP.

Di samping itu berbagi untuk membangkitkan motivasi menulis bisa kita lakukan dengan mengajak rekan-rekan guru di sekolah agar mau menulis. Untuk memprofokasi mereka menulis kita harus menyiapkan bukti karya yang sudah kita terbitkan. Dengan demikian strategi ini bisa memotivasi mereka untuk menulis. Jika ada guru yang berminat tinggal kita arahkan sesuai dengan minatnya, misalkan jika guru Bahasa Indonesia kita bisa mengarahkannya menulis puisi untuk kemudian dikumpulkan dalam satu naskah dan selanjutnya diterbitkan menjadi sebuah buku. Jika guru Pendidikan Agama Islam misalnya, bisa kita arahkan untuk membuat naskah khutbah yang kemudian bisa kita kumpulkan dan terbitkan menjadi sebuah buku kumpulan khutbah.

Strategi ini seperti yang dikatakan Bapak Yulius adalah yang paling sederhana. Sehingga beliau pernah mengajak rekan-rekan guru membuat karya puisi. Setelah dua bulan berjalan akhirnya terkumpul 71 puisi yang siap dibukukan dengan judul buku Merajut Asa di Badai Korona

Ikhtiar berbagi yang kita lakukan ini sebagai jawaban bahwa menerbitkan buku itu sangatlah  mudah. Sebab sering kali kita berpikir bahwa menerbitkan buku adalah sangat sulit, terlebih lagi jika kita hanya seorang guru yang tidak dituntut membuat sebuah karya tulis, beda halnya dengan dosen yang mana menulis menjadi sebuah kewajiban. Maka dari sini kemudian kebanyakan kita berpikir jika menulis sangatlah sulit, harus ilmiah, dan bahkan harus mengerutkan dahi untuk berpikir dalam. Namun ternyata menulis pada prinsipnya sangatlah mudah, kita bisa menulis hal-hal yang paling sederhana yang bisa kita temukan di sekitar dan yang paling penting dari semua itu adalah bahwa kita bisa melakukannya.

Banyak imbasan yang muncul ketika kita berhasil menerbitkan sebuah karya tulis, terlebih lagi bagi guru-guru yang berstatus PNS yang mana karya tulis ini sangat diperlukan pada saat kenaikan pangkat. Dengan demikian kita yang menjadi guru PNS setidaknya bisa menjadi motivator yang akan memotivasi rekan-rekan guru lainnya untuk membangkitkan semangat untuk menulis. Terlebih bagi guru-guru PNS yang ada di grup menulis PGRI ini, mari kita menjadi pionir untuk mengkampanyekan naik pangkat secara bermartabat melalui karya tulis yang ber-ISBN.

Resume dari materi yang disampaikan narasumber pada perkuliahan online “Belajar Menulis” bisa dimanfaatkan untuk kebutuhan kenaikan pangkat bagi rekan-rekan guru. Buku kumpulan resume adalah buku yang berisi juga tentang pendidikan, yakni metode penulisan, motivasi tentang belajar, strategi menulis dan sebagainya. Bahkan kita bisa mendesain buku kumpulan resume ini menjadi lebih mengarah pada pendidikan untuk selanjutnya kita terbitkan untuk kebutuhan kenaikan pangkat. Buku dalam bidang pendidikan yang dicetak oleh penerbit dan ber-ISBN, nilainya 3. Sementara buku yang dicetak oleh penerbit namun  tidak ber-ISBN nilainya 1,5.

DISIPLIN DALAM MENULIS (Pertemuan ke 28)

Perkuliahan “Belajar Menulis” kali ini Senin 8 Maret 2021 disajikan oleh narasumber hebat yaitu Ibu Tini. Nama lengkap beliau Tini Sumartini kelahiran Bandung 13 Juni 1968. Beliau termasuk pemula dalam menulis namun karyanya seperti penulis professional. Detail profil beliau bisa diakses di https://ambuguru.blogspot.com/2021/01/biodataku.html

Di awal pemaparannya, Ibu Tini menjelaskan bahwa sebenarnya beliau  terlambat jatuh cinta pada dunia literasi karena beliau baru mulai belajar menulis pada usia di atas 50 tahun. Namun prinsip yang selalu dijadikan motto adalah  'never too old to learn, dengan demikian usia sesungguhnya hanyalah persoalan waktu. Pada usia berapapun kita belajar selama ikhtiar itu dilakukan dengan sepenuh hati, maka sudah pasti kita akan menuai hasil yang maksimal.

Dalam menulis kita harus bisa membangun motivasi yang kuat, kita harus bisa berekspektasi yang tinggi untuk menerbitkan buku. Jika seorang PNS kita bisa menjadikan menulis sebagai sebuah motivasi untuk pengajuan kenaikan pangkat.  Dengan demikian, meciptakan sebuah ekspektasi sedari awal akan menjadi sebuah “cambuk” yang selanjutnya akan selalu mengontrol kita untuk mewujudkan target yang telah ditetapkan. Sebagai penulis pemula hal inilah yang harus kita lakukan karena kuncinya tiada lain adalah disiplin diri.

Lalu apa saja tips dalam membangun kedispilinan diri agar bisa konsisten menulis? Berkut ini tips yang bisa diaplikasikan:

PERTAMA, Mulai bergabung dengan komunitas bloger. Hal ini perlu dilakukan sebagai ikhtiar awal membangun budaya menulis. Budaya ini adalah hal utama yang harus dibentuk terlebih lagi kita sebagai seorang penulis pemula

Dengan bergabung di komunitas blogger setidaknya menjadi sebuah proses membangun budaya menulis, budaya tidak bisa tercipta begitu saja namun membutuhkan waktu yang cukup lama. Jika tergabung dalam komunitas blogger rutinitas menulis kita akan terjaga, sebab akan banyak tantangan yang akan disuguhkan oleh komunitas tersebut untuk memicu kita mau dan terus menulis dan menulis.

KEDUA, Meluangkan waktu untuk menulis. Meluangkan waktu menulis artinya kita harus mampu menciptakan waktu tesendiri untuk menulis, bukan menunggu ada waktu baru kemudian menulis. Jangan mencari waktu luang, tetapi ciptakan waktu luang. Mari ita investasikan waktu yang kita miliki untuk membangun budaya menulis yang nantinya menjadi karya abadi yang akan kita wariskan ke anak cucu.

KETIGA,  Menetapkan target. Target ini adalah trik paling jitu  untuk membunuh rasa malas. Target ini akan menjadi seacam “cambuk” atau “alarm” yang nantinya akan mengingatkan kita ketika rasa malas menggerogoti.

KEEMPAT, Memperbanyak membaca. Membaca adalah kunci utama menggapai kesuksesan. Akan banyak manfaat yang kita peroleh dari membaca karena itulah dalam ajaran agama (baca:Islam) wayu yang pertama kali diturunkan adalah yang berkaitan dengan membaca. Membaca apa saja, baik yang berupa teks maupun non teks.

Dengan membaca kita bisa menambah kekayaan dari kontens tulisan karena dengan membaca secara otomatis akan menambah perbendaharaan kosa kata, menambah istilah-istilah. Di samping itu dengan membaca kita bisa memicu munculnya ide dalam menulis.  

KELIMA, Melakukan blog walking. Blog walking atau silaturrahmi ke blog orang juga menjadi tips hebat yang bisa kita terapkan dalam membangun kedisiplinan menulis. Dengan melakukan silaturrahmi ke banyak blog akan  menambah wawasan pengetahuan dari posting-an orang lain.

Silaturrahmi ke blog harus disertai dengan memberi komentar, saran-saran yang membangun.  Memberi komentar untuk penulis pada blog akan menjadi semacam motivasi bagi penulis karena  merasa dihargai sehingga mereka akan terus berkarya. Karena kita juga penulis, suatu saat kita pun akan mengalami rasa senang ketika ada orang lain yang mengapresiasi karya kita.