Artikel

Selasa, 09 Maret 2021

KISAH GURU INSPIRATIF DARI SUDUT TIMUR INDONESIA (Pertemuan ke 23)

Waktu berjalan begitu cepat dan tidak terasa malam ini kita sudah memasuki pertemuan  ke 23, Rabu 24 Februari 2021. Pada pertemuan kali ini perkuliahan akan disuguhkan oleh narasumber hebat, yang akan mengulas perjalanan kisahnya menjadi guru di "Sudut Timur Indonesia". Beliau adalah Khamdan Muhaimin, S.Pd, Gr seorang guru di SMPN 5 Sambi Rampas Kab. Manggarai Timur, Provinsi NTT.

Pak Khamdan Muhaimin bukanlah orang yang berasal dari “Timur Indonesia”, namun beliau adalah kelahiran Banjarnegara, Provinsi Jawa Tengah yang selanjutkan mengabdikan dirinya untuk membangun pendidikan di Sudut Timur Indonesia yaitu di kabupaten Manggarai Provinsi NTT. Beliau bertugas di daerah terpencil dengan kategori daerah 3T (Terdepan, terluar dan tertinggal), daerah yang cukup jauh dari hingar bingar kehidupan kota yang serba lengkap dengan fasilitas yang menopang kehidupan masyarakat.

Pak Khamdan mengabdi di daerah 3T (terdepan, terluar dan tertinggal) dari tahun 2015 sampai sekarang kurang lebih selama 6 tahun. Mendengar istilah daerah 3T tentu kita sudah bisa membayangkan kondisi daerah tersebut, seperti yang dipaparkan Pak Khamdan bahwa kondisi daerah tempatnya bertugas tidak ada akses listrik, sinyal susah, air susah, jalan rusak mendaki menurun sedangkan mata pencaharian masyarakat berkebun/petani kopi yang hasil panenya satu tahun satu kali. Sehingga kehidupan ekonomi masyarakat adalah ekonomi menengah ke bawah. Di sini terdapat 7 kampung yang mana masing-masing kampung lokasinya berjauhan antara yang satu dengan lainnya.

Akses menuju Ibu Kota Kabupaten membutuhkan waktu kurang lebih 4 jam. Jadi untuk sekedar menikmati semangkuk bakso, mie ayam, nasi gorong, sate dan lainnya kita harus menempuh perjalanan 8 jam.

Warga di "Sudut Timur Indonesia" ini tidak pernah atau bahkan  jarang sekali membeli sayur ke kota karena umumnya mereka menanam sendiri segala kebutuhan hidup untuk dimakan sehari-hari, alam sudah menyediakan apa yang mereka butuhkan. Mereka menanam labu, daun singkong, kubis, buncis, daun pepaya. Tetapi makanan favorit adalah daun singkong, labu beserta daunya karena tumbuh setiap saat (tidak mengenal musim) sedangkan kubis menunggu musim kemarau. Untuk lauk kita biasanya dengan telur,mie instan, ikan asin, ikan basah kalo musim ikan dan ayam pedaging .

Adat di daerah 3T sangat kuat, berbagai acara adat masih ada misalkan di daerah ini adalah Pertama Irong, tidak boleh berteriak, menyalakan api, ribut, selama 1-2 hari, tujuanya adalah supaya hasil panen melimpah. Kedua, Acara mbaru dor, adalah masuk rumah baru mereka menggunakan berbagai acara adat. Ketiga, Kepok tuak adalah adat menyambut kedatangan tamu dengan berbicara adat menggunakan tuak, rokok dan ayam kampung. Ungkapan ketulusan orang disini menerima tamu dan kegembiraan menyambut tamu baru. Keempat      Makan padi baru, acara pesta sekolah dll.

Kondisi yang serba terbatas inilah yang kemudian membuat Pak Khamdan termotivasi untuk mendokumentasikan kisahnya dalam sebuah tulisan. Menulis tentang berbagai  tantangan dan solusi menjadi pendidik di daerah 3T. Pertama kali menulis langsung menjadikannya finalis (10) besar kegiatan Simposium GTK 2016 di Jakarta yang diselenggarakan oleh Kemdikbud RI.

Motivasi terbesar yang membuatnya menulis adalah keinginan agar pendidikan di daerah khusus atau daerah terpencil yang masih serba kekurangan dari berbagai akses dapat diperhatikan oleh pemerintah. Di samping itu tentu saja dengan menulis tentang kisah pengabdian di daerah 3T dapat memotivasi guru-guru yang berjuang di garis depan daerah terpencil supaya para pendidik semangat  berinovasi dan  menginspirasi walaupun berada di tempat yang paling sudut dari Indonesia. Dan yang tidak kalah pentingnya adalah tulisan ini akan menjadi “tamparan” yang cukup keras bagi kita para pendidik yang ditakdirkan mendidik di daerah perkotaan, daerah yang serba lengkap dengan fasilitas namun justru belum mampu mendedikasikan diri seutuhnya untuk kemajuan pendidikan.

Memunculkan ide dalam menulis dapat dilakukan dengan mencari permasalahan-permasalahan untuk selanjutnya kita carikan solusinya seperti yang Pak Khamdan lakukan, menulis dengan mengidentifikasi  persoalan-persoalan yang ditemukan terutama berkaitan dengan pendidian di daerah 3T kemudian selanjutnya memberikan solusi dari persoalan-persoalan tersebut. Persoalan dan solusi ini selanjutnya didokumentasikan dalam tulisan setidaknya agar lebih banyak memberi manfaat, sehingga setiap orang yang membaca akan terinspirasi dan bisa menjadikannya referensi dalam menyelesaikan persoalan yang serupa.

“Sebaik manusia adalah yang bermanfaat untuk orang lain”

Di daerah 3T Pak Khamdan mendirikan rumah belajar pada tahun 2016 dan masih eksis sampai sekarang.  Rumah belajar ini dibangun dalam rangka mengarahkan anak-anak daerah 3T untuk belajar, mengingat segudang aktivitas yang harus mereka jalani sepulang sekolah. Anak-anak setelah pulang sekolah makan, istirahat sebentar kemudian ke kebun untuk ambil kayu bakar dan sayur kemudian pulang makan malam dan tidur karena kelelahan sehingga tidak sempat belajar. Melihat kondisi itu maka didirikanlah rumah belajar agar  anak-anak semangat belajar dengan menyajikan kegiatan les matematika, membaca buku, menggambar, mewarnai, bulu tangkis , bola voli, puzzle dan sebagainya. Sedangkan malamnya pukul 19.30 wita anak-anak juga dapat belajar mengoperasikan laptop dan akses internet gratis di rumah belajar. Bahkan yang sangat special rumah belajar ini pernah mendapatkan kiriman buku dari  Najwa Shihab sebagai duta baca Indonesia.

Di samping mendirikan rumah belajar, Pak Khamdan juga menjadi relawan di daerah 3T dengan membuat proposal bantuan ke berbagi instansi negeri maupun swasta. menjalin kerjasama dengan Yayasan, kampus, komunitas, media online, perpustaakan daerah maupun nasional. Bantuan-bantuan dari berbagai instansi termasuk lembaga sosial lainnya selanjutnya  didistribusikan ke sekolah-sekolah berupa flashdisk vidio pembelajaran, seragam sekolah, buku bacaan, alat tulis.

Tidak hanya untuk kebutuhan sekolah, banyak juga bantuan berupa mukena, al Quran, Iqro, buku, karpet, yang selanjutnya didisribusikan ke masjid. Di samping itu Pak Khamdan bersama donator  membuat dua sumber mata air dan 4 bak penampung air untuk warga sekitar yang kekurangan air di daerah 3T.

Mengabdi di daerah 3T membutuhkan 2 syarat utama yaitu harus ikhlas dan pastinya sabar. Di daerah 3T sinyal susah kadang blank sinyal 3 hari, kita bisa bayangkan 3 hari tanpa HP, berat bukan?

Persolan inilah yang dihadapi Pak Khamdan, sebagai solusi beliau menginisiasi sekolah berbasis digital seperti: Computer Based Tes offline dan pemilihan ketua OSIS offline merupakan pertama kali dilaksanakan di sekolah-sekolah yang ada di kabupaten Manggarai Timur, cara kerja ini digital akan tetapi tanpa menggunakan sinyal dan kartu perdana, selain itu dibuat  juga kelompok belajar mini di setiap kampung.

Ketika menemukan persoalan-persolan di daerah 3T Pak Khamdan biasanya mencatat persoalan tersebut, kemudian pada malam harinya beliau baca sambil  mencari solusi dengan inovasi-inovasi yang bisa dilakukan.

Memberikan perubahan di masyarakat membutuhkan waktu dan proses yang lama, tidak semudah mengedipkan mata. Harus dilakukan secara konsisten, istiqomah.  Secara perlahan kita sodorkan program yang bisa memberi manfaat untuk mereka. Umumnya masyarakat akan antusias dengan hal baru, terlebih lagi masyarakat yang berada di daerah pedalaman, kedatangan kita sangat diharapkan, karena mereka sadar bahwa kita akan membawa perubahan ke arah lebih baik..

Anak-anak di daerah 3T juga bagian dari kita, jadi kita juga harus merasa bahwa mereka harus mendapatkan kesempatan dan fasilitas yang cukup, sehingga kita berharap dan tentunya dengan ikhtiar yang kuat agar anak-anak di daerah 3T dapat mengejar ketertinggalan dengan pengabdian yang tulus dari guru-guru yang ditugaskan di daerah 3T.

Semoga Pak Khamdan selalu menjadi pelita yang akan menyinari daerah di “Sudut Yang Paling Timur Indonesia” dan tentunya selalu menginspirasi para pendidik untuk berikhtiar seoptimal mungkin menebar manfaat. Guru tidak hanya mengajar tetapi juga bisa berkontribusi bagi lingkungan sekitar yang membutuhkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar