Waktu berjalan begitu cepat dan tidak terasa malam ini kita sudah memasuki pertemuan ke 23, Rabu 24 Februari 2021. Pada pertemuan kali ini perkuliahan akan disuguhkan oleh narasumber hebat, yang akan mengulas perjalanan kisahnya menjadi guru di "Sudut Timur Indonesia". Beliau adalah Khamdan Muhaimin, S.Pd, Gr seorang guru di SMPN 5 Sambi Rampas Kab. Manggarai Timur, Provinsi NTT.
Pak Khamdan Muhaimin bukanlah orang yang
berasal dari “Timur Indonesia”, namun beliau adalah kelahiran Banjarnegara, Provinsi Jawa Tengah yang
selanjutkan mengabdikan dirinya untuk membangun pendidikan di Sudut Timur
Indonesia yaitu di kabupaten Manggarai Provinsi NTT. Beliau bertugas di daerah
terpencil dengan kategori daerah 3T (Terdepan, terluar dan tertinggal), daerah
yang cukup jauh dari hingar bingar kehidupan kota yang serba lengkap dengan
fasilitas yang menopang kehidupan masyarakat.
Pak Khamdan mengabdi di daerah 3T (terdepan,
terluar dan tertinggal) dari tahun 2015 sampai sekarang kurang lebih selama 6 tahun.
Mendengar istilah daerah 3T tentu kita sudah bisa membayangkan kondisi daerah tersebut, seperti yang dipaparkan Pak Khamdan bahwa kondisi daerah tempatnya bertugas tidak ada akses listrik, sinyal susah, air
susah, jalan rusak mendaki menurun sedangkan mata pencaharian masyarakat berkebun/petani kopi yang hasil panenya satu tahun satu kali. Sehingga
kehidupan ekonomi masyarakat adalah ekonomi menengah ke bawah. Di
sini terdapat 7 kampung yang mana masing-masing kampung lokasinya berjauhan
antara yang satu dengan lainnya.
Akses menuju Ibu Kota Kabupaten membutuhkan
waktu kurang lebih 4 jam. Jadi untuk sekedar menikmati semangkuk bakso, mie
ayam, nasi gorong, sate dan lainnya kita harus menempuh perjalanan 8 jam.
Warga di "Sudut Timur Indonesia" ini tidak pernah
atau bahkan jarang sekali membeli sayur
ke kota karena umumnya mereka menanam sendiri segala kebutuhan hidup untuk
dimakan sehari-hari, alam sudah menyediakan apa yang mereka butuhkan. Mereka
menanam labu, daun singkong, kubis, buncis, daun pepaya. Tetapi makanan favorit
adalah daun singkong, labu beserta daunya karena tumbuh setiap saat (tidak
mengenal musim) sedangkan kubis menunggu musim kemarau. Untuk lauk kita
biasanya dengan telur,mie instan, ikan asin, ikan basah kalo musim ikan dan
ayam pedaging .
Adat di daerah 3T sangat kuat, berbagai acara
adat masih ada misalkan di daerah ini adalah Pertama Irong, tidak boleh
berteriak, menyalakan api, ribut, selama 1-2 hari, tujuanya adalah supaya hasil
panen melimpah. Kedua, Acara mbaru dor, adalah masuk rumah baru mereka menggunakan
berbagai acara adat. Ketiga, Kepok tuak adalah adat menyambut kedatangan tamu
dengan berbicara adat menggunakan tuak, rokok dan ayam kampung. Ungkapan
ketulusan orang disini menerima tamu dan kegembiraan menyambut tamu baru.
Keempat Makan padi baru, acara pesta
sekolah dll.
Kondisi yang serba terbatas inilah yang
kemudian membuat Pak Khamdan termotivasi untuk mendokumentasikan kisahnya dalam
sebuah tulisan. Menulis tentang berbagai
tantangan dan solusi menjadi pendidik di daerah 3T. Pertama kali menulis
langsung menjadikannya finalis (10) besar kegiatan Simposium GTK 2016 di
Jakarta yang diselenggarakan oleh Kemdikbud RI.
Motivasi terbesar yang membuatnya menulis
adalah keinginan agar pendidikan di daerah khusus atau daerah terpencil yang
masih serba kekurangan dari berbagai akses dapat diperhatikan oleh pemerintah. Di
samping itu tentu saja dengan menulis tentang kisah pengabdian di daerah 3T dapat
memotivasi guru-guru yang berjuang di garis depan daerah terpencil supaya
para pendidik semangat berinovasi
dan menginspirasi walaupun berada di
tempat yang paling sudut dari Indonesia. Dan yang tidak kalah pentingnya adalah
tulisan ini akan menjadi “tamparan” yang cukup keras bagi kita para pendidik
yang ditakdirkan mendidik di daerah perkotaan, daerah yang serba lengkap dengan
fasilitas namun justru belum mampu mendedikasikan diri seutuhnya untuk kemajuan
pendidikan.
Memunculkan ide dalam menulis dapat dilakukan
dengan mencari permasalahan-permasalahan untuk selanjutnya kita carikan
solusinya seperti yang Pak Khamdan lakukan, menulis dengan mengidentifikasi persoalan-persoalan yang ditemukan terutama berkaitan dengan pendidian di daerah 3T kemudian selanjutnya memberikan solusi dari
persoalan-persoalan tersebut. Persoalan dan solusi ini selanjutnya
didokumentasikan dalam tulisan setidaknya agar lebih banyak memberi manfaat,
sehingga setiap orang yang membaca akan terinspirasi dan bisa menjadikannya
referensi dalam menyelesaikan persoalan yang serupa.
“Sebaik manusia adalah yang bermanfaat untuk orang
lain”
Di daerah 3T Pak Khamdan mendirikan rumah
belajar pada tahun 2016 dan masih eksis sampai sekarang. Rumah belajar ini dibangun dalam rangka mengarahkan anak-anak daerah 3T untuk belajar, mengingat segudang aktivitas yang harus mereka jalani sepulang sekolah. Anak-anak setelah pulang sekolah makan, istirahat sebentar kemudian ke kebun untuk ambil kayu bakar dan sayur kemudian
pulang makan malam dan tidur karena kelelahan sehingga tidak sempat belajar.
Melihat kondisi itu maka didirikanlah rumah belajar agar anak-anak semangat belajar dengan menyajikan
kegiatan les matematika, membaca buku, menggambar, mewarnai, bulu tangkis ,
bola voli, puzzle dan sebagainya. Sedangkan malamnya pukul 19.30 wita anak-anak
juga dapat belajar mengoperasikan laptop dan akses internet gratis di rumah
belajar. Bahkan yang sangat special rumah belajar ini pernah mendapatkan
kiriman buku dari Najwa Shihab sebagai
duta baca Indonesia.
Di samping mendirikan rumah belajar, Pak
Khamdan juga menjadi relawan di daerah 3T dengan membuat proposal bantuan ke berbagi
instansi negeri maupun swasta. menjalin kerjasama dengan Yayasan, kampus, komunitas, media online,
perpustaakan daerah maupun nasional. Bantuan-bantuan dari berbagai instansi termasuk lembaga sosial lainnya selanjutnya didistribusikan ke sekolah-sekolah berupa flashdisk vidio
pembelajaran, seragam sekolah, buku bacaan, alat tulis.
Tidak hanya untuk kebutuhan sekolah, banyak
juga bantuan berupa mukena, al Quran, Iqro, buku, karpet, yang selanjutnya
didisribusikan ke masjid. Di samping itu Pak Khamdan bersama donator membuat dua sumber mata air dan 4 bak
penampung air untuk warga sekitar yang kekurangan air di daerah 3T.
Mengabdi di daerah 3T membutuhkan 2 syarat
utama yaitu harus ikhlas dan pastinya sabar. Di daerah 3T sinyal susah kadang blank
sinyal 3 hari, kita bisa bayangkan 3 hari tanpa HP, berat bukan?
Persolan inilah yang dihadapi Pak Khamdan,
sebagai solusi beliau menginisiasi sekolah berbasis digital seperti: Computer
Based Tes offline dan pemilihan ketua OSIS offline merupakan pertama kali
dilaksanakan di sekolah-sekolah yang ada di kabupaten Manggarai Timur, cara
kerja ini digital akan tetapi tanpa menggunakan sinyal dan kartu perdana,
selain itu dibuat juga kelompok belajar
mini di setiap kampung.
Ketika menemukan persoalan-persolan di daerah
3T Pak Khamdan biasanya mencatat persoalan tersebut, kemudian pada malam
harinya beliau baca sambil mencari
solusi dengan inovasi-inovasi yang bisa dilakukan.
Memberikan perubahan di masyarakat membutuhkan waktu dan proses yang lama, tidak semudah mengedipkan mata. Harus dilakukan secara konsisten, istiqomah. Secara perlahan kita sodorkan program yang bisa memberi manfaat untuk mereka. Umumnya masyarakat akan antusias dengan hal baru, terlebih lagi masyarakat yang berada di daerah pedalaman, kedatangan kita sangat diharapkan, karena mereka sadar bahwa kita akan membawa perubahan ke arah lebih baik..
Anak-anak di daerah 3T juga bagian dari kita,
jadi kita juga harus merasa bahwa mereka harus mendapatkan kesempatan dan
fasilitas yang cukup, sehingga kita berharap dan tentunya dengan ikhtiar yang
kuat agar anak-anak di daerah 3T dapat mengejar ketertinggalan dengan pengabdian
yang tulus dari guru-guru yang ditugaskan di daerah 3T.
Semoga Pak Khamdan selalu menjadi pelita yang
akan menyinari daerah di “Sudut Yang Paling Timur Indonesia” dan tentunya
selalu menginspirasi para pendidik untuk berikhtiar seoptimal mungkin menebar
manfaat. Guru tidak hanya mengajar tetapi juga bisa berkontribusi bagi
lingkungan sekitar yang membutuhkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar