Artikel

Selasa, 16 Februari 2021

BAGAIMANA NASKAH BUKU DITERBITKAN?

Patut kita syukuri perjalanan kita mencari ilmu menulis di kelas maya belajar menulis gelombang 17  menyisakan 2 pertemuan lagi. Saat ini kita sudah memasuki perjalanan yang ke 18, Jumat 13 Pebruari 2021, artinya 2 pertemuan lagi dari minimal 20 pertemuan akan membawa kita pada garis finish semoga semua bisa kita lalui dengan penuh semangat.

Pada pertemuan kali ini materi disuguhkan oleh narasumber super hebat yaitu Bapak Joko Irawan Mumpuni dengan menu istimewa “Menulis Buku Ajar”. Narasumber super hebat ini adalah Direktur Penerbitan PT Andi Offset, selain itu beliau juga adalah Anggota Dewan Pertimbangan IKAPI DIY, sekaligus Ketua IKAPI DIY. Di samping itu beliau juga seorang penulis buku bersertifikat BNSP sekaligus menjadi Assesor BNSP. Luar biasa bukan? Karena itu tema yang akan disuguhkan kali ini harus kita nikmati dengan semangat.

Di awal penyampaian materi, narasumber menampilkan sebuah gambar yang sepertinya mengundang kita semua membaca dan menganalisa gambar tersebut untuk kemudian mendeskripsikan di posisi mana kita saat ini.


Gambar tersebut mengilustrasikan seorang penulis seperti kupu-kupu yang begitu menawan terlihat setelah melalui beberapa fase kehidupan mulai dari ulat, kepompong lalu berubah wujud menjadi makhluk yang begitu indah. Demikian juga seorang penulis akan melalui fase-fase seperti digambarkan di atas. Lalu pertanyaanya, di manakah posisi kita saat ini? Tentu saja
  yang bisa menjawab pertanyaan ini adalah diri kita sendiri. Dan sudah pasti saat ini kita memiliki jawaban yang bervariasi, namun setelah menyelesaikan proses belajar menulis ini kita berharap memiliki jawaban yang senada yaitu “Yes, I Did it”

Ketika kita bertekad menghasilkan sebuah karya yang akan kita wariskan dalam bentuk tulisan, maka karya tersebut sesungguhnya akan memberi pengaruh terhadap banyak komponen. Komponen-komponen tersebut misalnya penerbit, naskah, penulis, penerjemah, laba, pencetak dan sebagainya. Hal ini dapat kita ilustrasikan pada gambar berikut:



Berdasarkan ilustrasi di atas kita dapat melihat bahwa jejaring industry penerbitan sangatlah komplek karena secara system saling mempengaruhi banyak komponen. Namun jika disederhanakan,  jejaring dalam industry penerbitan setidaknya melibatkan 4 komponen saja yaitu penulis, penerbit, penyalur, dan pembaca. Pembaca dalam komponen ini kita sebut sebagai target pasar sementara pelaku industrinya adalah penulis, penerbit dan penyalur.



Berdasarkan keempat komponen tersebut, lalu komponen mana mendapatkan keuntungkan finansial yang paling besar? Jika sebuah penerbit mendapat proyek menerbitkan buku, maka penulis akan mendapat royalty 10 % dan penyalur buku dalam hal ini toko buku akan mendapat 35-40%. Namun jika buku tersebut dijual melalui jalur proyek, penulis akan mendapat keuntungan lebih besar. Misalnya selama 1 semester penulis  berhasil menjual buku sebanyak 5000 eksemplar, maka penulis akan mendapat royalty sebesar Rp. 50.000.000.

Industry penerbitan di Indonesia saat ini sesungguhnya masih pada level yang cukup rendah di kawasan Asia Tenggara. Berdasarkan  research UNESCO tahun 2016 industri penerbitan di Indonesia berada pada ranking ke 3 dari bawah. Factor yang menjadi penghambat rendahnya perkembangan industry penerbitan di Indonesia ini dipengaruhi 3 faktor yaitu rendahnya minat baca, rendahnya minat menulis, dan rendahnya apresiasi hak cipta.



Saat ini budaya yang berkembang di masyarakat adalah bahwa kita cenderung lebih suka menonton dan mendengar daripada membaca. Jika menonton tidak terasa kita menghabiskan waktu berjam-jam terlebih lagi jika nonton drama Korea. Namun jika kita membaca, 10 menit saja mata sudah terasa berat. Demikian pula dengan minat menulis, cenderung kita lebih suka “ngobrol” daripada menulis. Kita bisa mengabiskan waktu berjam-jam “ngobrol”, namun jika menuangkan pikiran dalam sebuah tulisan terasa amat sangat berat. 

Rendahnya apresiasi terhadap hak cipta juga mempengaruhi industry penerbitan di Indonesia. Sebagai contoh jika ada buku best seller, maka kita tidak perlu menunggu lama untuk segera mendapatkannya, hanya dalam waktu 2 minggu pasti akan muncul versi bajakan. Budaya ini tidak mudah untuk dirubah karena dibutuhkan waktu yang cukup lama. Membangun minat menulis sesungguhnya menjadi salah satu cara meminimalisir peluang para pembajak yang tidak menghargai hak cipta.

Selanjutnya bagaimana proses sebuah naskah diterbitkan menjadi buku? Proses penerbitan naskah tentu saja dimulai dengan pengiriman naskah ke penerbit. Penerbit kemudian mempelajari naskah tersebut. Setelah dipelajari hanya ada dua pilihan, naskah ditolak atau diterima. Jika naskah ditolak, penerbit akan mengembalikan ke penulis. Namun jika naskah diterima, penulis akan diinformasikan melalui email atau surat pemberitahuan langsung yang berisi lampiran Surat Perjanjian Penerbitan (SPP) yang ditandatangani penulis baru kemudian dikembalikan ke penerbit beserta softcopy naskah.

Alasan penerbit menolak sebagian besar naskah bukan disebabkan masalah editorial yang buruk, akan tetapi ada 4 komponen yang menjadi penilaian penerbit terhadap kelayakan sebuah naskah yaitu editorial 10 %, peluang potensi pasar 50 %, keilmuan dengan bobot 30 %, dan reputasi penulis dengan bobot 10 %.

Namun bobot ini berlaku fleksibel artinya bisa saja mengalami perubahan, sebagai contoh misalnya Presiden mengirim naskah ke penerbit, maka bobot reputasi penulis yang semula 10 % bisa berubah menjadi 100 % karena reputasi seorang presiden. Berdasarkan penilaian ini maka banyak naskah yang ditolak. Penerbit hanya menerbitkan 30 sampai 50 judul buku  dari 500 naskah yang ditawarkan terlebih lagi pada masa pandemi.

Selanjutnya kita harus sedikit cerdas dalam memilih penerbit, kita harus mencari penerbit yang memiliki jaringan pemasaran luas, jika tidak justru akan merugikan penulis karena hanya terkenal dalam sekup lokal saja. Di samping itu kita harus memilih penerbit yang jujur dalam pembayaran royalty. Penerbit yang perlu diwaspadai bertindak sebagai broker naskah, alamat tidak jelas, tidak ada dokumen perjanjian penerbitan, tidak memiliki jaringan pemasaran dan pendistribusian sendiri, tidak memiliki percetakan sendiri, posentasi royalty tidak wajar, laporan keuangan tidak jelas.

Seorang penulis setidaknya akan memperoleh 4 manfaat dari karya tulis yang dihasilkan yaitu kepuasan batin, reputasi, karir, finansial. Kita akan memperoleh kepuasan batin dari karya yang kita hasilkan karena akan menjadi sejarah hidup yang terdokumentasi dalam bentuk amal jariyah dan diwariskan turun temurun.

Di samping itu karya tulis ini akan melejitkan reputasi kita. Tidak hanya itu, secara karir kita akan memperoleh promosi jabatan atau peluang karir lainnya. Yang terakhir, secara finansial kitapun akan memperoleh manfaat dari karya yang kita hasilkan berupa royalty, diskon pembelian langsung, dan kita pun akan diundang sebagai narasumber dalam seminar-seminar.

Prioritas naskah yang akan diterbitkan setidaknya ada 4 tipe yaitu tema dan penulis populer, tema tidak popular dan penulis popular, tema popular dan penulis tidak popular, tema dan penulis tidak popular. Dari keempat tipe ini tentu saja penerbit lebih menyukai tema dan penulis keduanya popular karena buku ini akan laris manis di pasaran. Dan bagi kita yang pemula, yang tidak popular sebaiknya mencari tema yang popular untuk menarik minat penerbit.

Selanjutnya bagaimana teknik penerbit untuk mengetahui tema popular dan penulis popular? Untuk mengetahui tema tersebut popular atau tidak penerbit menganalisa dengan menggunakan google trends. Sementara untuk mengetahui penulis popular atau tidak penerbit menganalisa menggunakan google Cendikia.

Jumlah cetakan buku untuk pertama kali dicetak berbeda-beda, ada buku yang dicetak 300, 3000, 2000, bahkan ratusan ribu eksemplar. Perbedaan ini dipengaruhi kuadran kategori naskah yang meliputi 4 kategori yaitu: 1) market sempit dan lifecycle panjang (contoh buku-buku ilmu dasar seperti matematika, kimia dan sebagainya); 2) Market lebar dan lifecycle panjang; 3) market sempit dan lifecycle pendek; 4) Market lebar dan lifecycle pendek.

Lalu mana dari keempat kuadran tersebut diminati penerbit?. Tentu yang paling diminati penerbit adalah market lebar dan lifecycle panjang contohnya kamus, buku esiklopedi dan sebagainya. Sementara bagi para penulis pemula kuadran yang tepat adalah Market lebar dan Lifecycle pendek, kenapa demikian? Karena penulis senior yang menjadi “rival” penulis pemula umumnya tidak menginginkan lifecycle pendek yang mengharuskannya merevisi buku setiap tahun, namun bagi pemula, hal ini tidak menjadi masalah namun justru sebuah kesempatan untuk bisa masuk ke penerbit Mayor.

Di samping itu, penulis juga setidaknya terbagi menjadi 4 kuadran yaitu: 1) tidak idealis, industrialis; 2) idealis, industrialis; 3) tidak idealis dan tidak industrialis; 4) idealis, tidak industrialis. Penulis yang berpikir idealis memiliki ciri-ciri: tidak terlalu memikirkan kebutuhan pasar, tidak menyukai campur tangan pihak lain, imbalan finansial tidak menjadi prioritas, kesempurnaan karya lebih penting dari pada produktivitas.

Sementara itu penulis yang berpikir industrialis memiliki ciri-ciri cenderung menulis dengan sangat memperhatikan kebutuhan pasar, terbuka dan lapang dada terhadap intervensi pihak lain, imbalan finansial menjadi tujuan utama, terkadang kesempurnaan karya tidak lebih penting dari produktivitas.

Lalu level konten buku bagaimana yang laris manis di pasaran? Level konten buku yang laku manis di pasaran dapat diilustrasikan dengan piramida. Lapisan puncak adalah jumlah konsumen dan penulisnya sedikit. Level pertengahan adalah jumlah konsumen dan penulisnya menengah, sementara level terakhir yang paling banyak adalah jumlah konsumen dan penulisnya besar. Berdasarkan ilustrasi piramida tersebut, buku yang akan laris manis di pasar adalah lapisan akhir yaitu jumlah konsumen dan penulisnya besar. Level yang terakhir ini selanjutnya nanti akan memunculkan persaingan pada level penulis dan yang paling diuntungkan tentu saja penulis yang popular.

Selanjutnya cara mengirimkan naskah ke penerbit dilakukan dengan 5 langkah yaitu: PERTAMA, cetak naskah lengkap; KEDUA, sertakan biodata penulis; KETIGA, deskripsikan segmen pasar yang ingin diraih, KEEMPAT, masukkan ke amplop lalu kirim ke penerbit; KELIMA, tunggu informasi selanjutnya dari penerbit.

Jika naskah diterima penerbit, maka penerbit akan melounching buku tersebut berdasarkan timing pasar tidak berdasarkan antrian naskah yang masuk terlebih dahulu. Namun jika naskah tersebut didasarkan karena permintaan, misalkan karena sudah banyak yang memesan maka buku tersebut bisa diterbitkan segera.

“Bilau kau bukan anak raja, juga bukan anak ulama besar, maka menulislah…” al Ghazali

Tidak ada komentar:

Posting Komentar