Mengawali coretan di blog malam ini Jum’at 22 Januari 2021 tidak lupa kita berucap syukur kepada Allah SWT yang sampai detik ini masih memberikan kesempatan untuk ikut bergabung dalam perkuliahan ke 9 “Pelatihan Belajar Menulis” besutan Omjay dan tim hebat. Tidak terasa hampir setengah perjalanan terlewati, namun tidak mudah untuk melewati semua ini karena terkadang kesibukan, kejenuhan, menjadi bagian yang seolah selalu menghampiri.
Menu perkuliahan malam ini disuguhkan oleh
seorang nara sumber hebat, seorang penulis muda yang sangat menginspirasi saya,
beliau adalah Ditta Widya Utami. Dengan kepiawaiannya menyelaraskan hati,
pikiran dan jemari, beliau sukses menghasilkan banyak karya yang sudah pasti
kualitasnya tidak perlu diragukan dan dipertanyakan lagi, hebat bukan?
Menu yang disuguhkan malam ini cukup unik dan
sangat berbeda dengan menu-menu yang disuguhkan oleh narasumber-narasumber
hebat sebelumnya. Menu yang disuguhkan kali ini adalah “Mental Seorang
Penulis”. Membaca tema malam ini saya sedikit berpikir, mencoba menelusuri apa
sih pesan yang ingin disampaikan nara sumber. Setelah mengkerutkan dahi sejenak
saya baru menyadari bahwa ternyata seorang penulis harus memiliki mental sekuat
baja, seorang penulis tidak cukup dengan pengetahuan dan keterampilan menulis
saja.
Di awal penyampaiannya, nara sumber mengatakan
bahwa untuk menjadi seorang penulis andal, selain mengetahui teknik menulis,
seorang penulis harus memiliki mental yang kuat dan sehat. Nara sumber
selanjutnya mengatakan jika kita membaca kisah beberapa penulis tersohor baik
di dalam maupun di luar negeri, ternyata banyak yang harus jatuh bangun ketika
memulai karirnya sebagai seorang penulis. Namun, karena mereka memiliki mental
yang kuat, mereka bisa bangkit kembali dan akhirnya meraih kesuksesan. Mental yang
dimaksud adalah lebih kepada sebuah cara berpikir untuk dapat belajar dan
merespons suatu hal. Sebagaimana yang dilakukan para penulis hebat dalam
menghadapi setiap tantangan.
Untuk menjadi seorang penulis bermental baja,
berikut dipaparkan 5 nasehat penting yang bisa diramu dari nara sumber malam
ini
PERTAMA, Siap Konsisten. Konsisten dalam bahasa
agama sering disebut dengan istiqomah. Konsep istiqomah ini menjadi semacam
slogan motivasi yang selalu dikampanyekan Omjay: "Teruslah menulis setiap
hari dan buktikan apa yang terjadi." Kalimat yang selalu dikampanyekan
Omjay ini bisa dijadikan semacam bekal bagi seorang pemula untuk mulai
melangkah menjadi seorang penulis. Jika kita sudah berniat untuk meningkatkan
skill menulis, maka kita harus ingat bahwa menulis adalah sebuah kata kerja
yang tentunya harus dibuktikan dengan tindakan nyata.
Pada prinsipnya menulis itu mudah, sehingga banyak orang yang melalui catatan-catatan harian bisa menghasilkan sebuah karya, kita sebut saja misalnya Soe Hoek Gie, dari buku catatan kemudian lahir sebuah buku atau RA Kartini dari surat-suratnya juga lahir sebuah buku. Namun untuk jadi penulis andal kita tidak cukup dengan bermodal kompetensi dan keahlian saja, akan tetapi kita harus menyiapkan mental sekuat baja, hal ini dibutuhkan agar kita bisa selalu konsisten menulis. Salah satu tips agar bisa memiliki mental untuk konsisten adalah dengan mengenali diri sendiri. Sehingga tantangan apa pun yang kita hadapi, kita sudah memahami langkah yang tepat untuk mengatasinya.
KEDUA Siap Dikritik. Tidak semua orang siap
dengan kata “dikritik”. Banyak mungkin diantara kita lebih pandai “mengkritik”
namun tidak pandai untuk menerima kritikan. Saat kita memutuskan untuk
memublikasikan hasil tulisan kita di blog, buku, media social, atau pun media
massa, maka penting kita sadari bahwa
tulisan kita telah menjadi "milik publik". Dengan demikian, kita
harus menyiapkan mental untuk menerima masukan dari publik. Tidak hanya bersiap
untuk komentar baik, kita pun harus bersiap bila ternyata ada yang mengkritik
dengan cukup tajam atas tulisan kita. Dengan adanya masukan atau kritik dari
berbagai pihak, kita bisa mengetahui kekurangan dalam tulisan kita. Bukan hanya
dari kacamata sendiri, tapi juga dari kacamata pembaca. Dengan demikian,
kritikan ini akan menjadi langkah awal bagi kita untuk melahirkan sebuah
tulisan yang berkualitas.
KETIGA Siap Belajar. Selanjutnya jika kita
sudah memiliki dua modal di atas, baik itu konsistensi maupun kesiapan menerima
kritikan, maka mental kita sebagai seorang penulis sudah mulai terlihat. Dari sini
kemudian kita bisa melangkah lagi untuk terus meningkatkan kualitas tulisan
dengan cara melakukan dua hal yaitu: (a). Melakukan riset. Salah satu cara
untuk meningkatkan kualitas tulisan adalah dengan melakukan riset. Bisa dengan
berkunjung ke perpustakaan, berkunjung ke toko buku untuk mengamati buku-buku
best seller, melacak apa yang sedang menjadi trend di sosial media maupun
dengan google traffic; (b). menambah bacaan.
Saat ini, dimana literasi begitu digaungkan, maka kita harus menyiapkan mental
untuk siap menjadi orang yang literat. Salah satunya dengan meningkatkan daya
baca.
KEEMPAT Siap Ditolak. Mental berikutnya yang harus
dibangun adalah kesiapan untuk ditolak oleh media maupun penerbit. Saat naskah
kita ditolak, coba lagi dan lagi. Atau cari alternatif lain. Misal dengan
menerbitkan sendiri atau dipublish di berbagai media sosial. JK Rowling pernah
ditolak belasan penerbit. Dewi "Dee" Lestari sang penulis Supernova
pun pernah merasakan ditolak penerbit. Bahkan sekelas novelis horor Stephen
King pun pernah ditolak. Bayangkan, jika mereka berhenti berjuang saat ditolak
penerbit satu dua kali, mungkin saat ini kita tidak akan mengenal karya karya
hebat mereka.
KELIMA Siap Menjadi "Unik" The last
but not least. Mental yang perlu kita bangun untuk menjadi penulis andal adalah
just be yourself. Jadilah diri sendiri. Bangunlah semacam kekhasan atau
keunikan yang nantinya akan menjadi karakter seorang penulis, karena dalam
menulis kita tidak perlu terlalu ikut-ikutan seperti orang kebanyakan. Tulis saja
apa yang paling kita sukai, yang paling sesuai dengan diri kita. Omjay misalnya
selalu unik dengan tulisan setiap harinya. Mr. Bams unik dengan kalimat-kalimat
positifnya. Dan Bu Kanjeng yang unik dengan gaya bahasanya yang begitu hidup. Coba
kita berselancar ke blog atau buku Raditya Dika, isinya pasti humor. Jika
membaca buku-buku Justin Gaarder (penulis Dunia Sophie), jangan heran jika
terselip unsur filsafat. Karena basicnya beliau memang pernah jadi guru
filsafat sebelum menjadi penulis. Nah, apa yang unik dalam diri kita? Mari kita
tuangkan dalam bentuk tulisan.
Nah inilah taushiyah yang dipaparkan oleh nara
sumber malam ini yang bisa saya ramu. Point penting yang diselipkan dalam
pertemuan malam ini adalah bahwa seorang penulis harus memiliki mental sekuat baja
untuk bisa menjadi penulis andal, karena keterampilan berupa teknis menulis
tidaklah cukup menjadi bekal kita dalam menghasilkan karya-karya besar.
“Jadilah penulis jujur yang apa adanya dan ada
apanya. Tidak dibuat-buat/dipaksakan (apa adanya) namun tetap berbobot (ada
apanya) dan Teruslah berlatih menulis dan membaca”
Tulisan yang bagus, inspiratif, suka dengan quotes di bagian akhir.
BalasHapusSemangat berkarya, semangat menginspirasi
Terima Kasih Pak....
BalasHapusMantappp ... Materinya sudah diramu kembali sehingga terasa lebih segar. Tetap semangat, siapkan mental baja seorang penulis!
BalasHapus