Artikel

Sabtu, 09 Januari 2021

MENGAKTIFKAN SKILL MENULIS DENGAN KEKUATAN SILATURRAHMI (Pertemuan 3)

Tidak terasa hari ini Jum’at 8 Januari 2021 merupakan pertemuan yang ketiga bagi para pegiat literasi dalam mengikuti kegiatan Belajar Menulis Gelombang 17 yang dinakhkodai Omjay. Omjay adalah actor dibalik program kegiatan ini, yang insha Allah akan menjadi ladang amal jariyah karena dengan ikhlas menebar ilmu dan manfaat untuk kita semua para pegiat literasi.  Semoga Omjay dan tim termasuk dalam golongan yang dititahkan nabi dalam sabdanya: "Bila seorang hamba meninggal, maka terputuslah amalnya kecuali 3 perkara: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfat, serta anak saleh yang senatiasa mendoakan kebaikan baginya.”

Pada pertemuan kali ini materi disuguhkan oleh Ibu Dra. Sri Sugiastuti, M.Pd yang akrab disapa  Bu Kanjeng dengan menu yang cukup menggelitik pikiran saya, “Menulis Dengan Kekuatan Silaturrahmi”. Judul ini spontan saja memaksa otak saya berpikir lebih dalam mencoba meresapi makna dari judul ini. Mengapa demikian? karena Tema yang disuguhkan kali ini berbeda dengan tema-tema sebelumnya.

Jika tema sebelumnya lebih menjurus kepada teknis menulis, maka tema pertemuan kali ini lebih pada "Ruh" atau muatan yang secara eksplisit tertuang dalam tulisan. Maka secara otomatis akan muncul pertanyaan: Bagaimana menulis dengan kekuatan silaturrahmi? Saya berusaha untuk menjawab rasa penasaran ini dengan mengqias (meminjam bahasa kaidah ushul fiqh) silaturrahmi dengan sodaqah.

Dalam agama (baca: islam), sodaqoh memiliki kekuatan yang sangat luar biasa dalam membuka pintu rizki. Sodaqah pada hakikatnya tidaklah mengurangi harta benda yang kita berikan, namun justru akan menambah harta kita berkali-kali lipat. Hal ini misalnya bisa kita cermati dalam al Quran surat al An’am ayat 160. "Barangsiapa membawa amal yang baik, maka baginya (pahala) sepuluh kali lipat amalnya". Dan sedekah merupakan amal yang baik. Jika kita bersadaqah Rp. 1000, maka minimal Allah akan menggantinya 10 kali lipat. Nah merujuk dari kekuatan sodaqah ini saya berusaha “menebak” maksud tema yang disuguhkan ibu kanjeng, bahwa jika kita mengaktifkafkan kekuatan silaturrahmi, maka skill menulis akan melejit.

Namun kesimpulan yang saya bangun tersebut belum juga mengobati rasa penasaran, maka dari itu saya mencoba meresapi kata demi kata yang disampaikan ibu Kanjeng melalui pesan di WhatsApp baik berupa kalimat-kalimat yang ditulis secara langsung maupun kalimat-kalimat yang disampaikan melalui pesan suara.

Ubahlah Mindset Anda!

Point penting yang pertama kali dikemukakan bu Kanjeng adalah bahwa seorang yang ingin menjadi penulis hebat harus mampu mengubah mindsetnya tentang potensi menulis yang dimiliki setiap orang. Banyak orang yang kemudian terhalang untuk menggali potensi tersebut karena menganggap bawa menulis itu adalah bakat sehingga mulai menyerah, tidak ada waktu untuk menulis, tidak ada ide, tulisan jelek, tidak percaya diri, dan sejuta alasan lainnya yang kemudian “membunuh” niatnya untuk menulis.

Di samping itu, orientasi menulis juga harus didesain ulang sebab banyak mungkin di antara kita belajar menulis semata-mata hanya   "berburu sertifikat " untuk kenaikan pangkat. Namun orientasi ini perlu didesain agar lebih menjurus pada upaya mengaplikasikan potensi menulis dengan mendokumentasikannya dalam bentuk sebuah buku tunggal, atau mulai tergerak menulis di blogppribadi, blog keroyokan seperti  kompasiana, gurusiana, atau disatu komunitas yang  memiliki  Web dan kita diberi kesempatan untuk meramaikan web tersebut.

Bagaimana mengaktifkan skill menulis dengan silaturrahmi?

Menjawab pertanyaan “bagaimana mengaktifkan skill menulis dengan silaturrahmi” nampaknya memerlukan sedikit kesabaran, sebab sampai disini saya belum menemukan “benang merah” yang mengaitkan antara “skill menulis” dengan “silaturrahmi” dari paparan yang disampaikan Ibu Kanjeng.

Setelah membaca 4 judul buku (yang dibaca masih judulnya aja ya), Wow English Is So Easy Kids, Catatan Motivasi dan Literasi Bu Kanjeng, Catatan Corona Bu Kanjeng, dan The Stories of Wonder Women, saya menebak bahwa tulisan-tulisan Bu Kanjeng selalu memiliki muatan “ruh” yang menginspirasi dan membangkitkan motivasi serta menghidupkan sinyal-sinyal ketaqwaan. Sampai disini maka pont penting yang saya dapatkan adalah bahwa tulisan itu harus memiliki kekuatan yang menghidupkan nilai-nilai ketaqwaan.

Menulis merupakan sebuah keterampilan yang setiap orang memiliki peluang untuk mendapatkan keterampilan tersebut. Keterampilan ini dapat dilatih dengan menghidupkan kekuatan silaturrahmi. Kata silaturahmi berasal dari bahasa Arab yakni Shilah yang artinya hubungan atau sambungan dan Ar- rahim yang bermakna kerabat atau saudara. Kata silaturahim kemudian diserap ke dalam Bahasa Indonesia yakni silaturahmi yang artinya tali persahabatan (persaudaraan), dan bersilaturahmi yang artinya mengikat tali persahabatan (persaudaraan). 

Setidaknya ada 6 cara mengaktifkan skill menulis melalui kekuatan silaturrahmi. PERTAMA Silaturrahmi dengan membaca buku. Silaturrahmi dalam mengaktifkan skill menulis dapat dilakukan dengan proses Membaca buku. Dengan membaca buku kita bisa membangun hubungan dengan pikiran-pikiran yang dituangkan penulisnya dalam buku tersebut. Dengan membaca buku, skill menulis secara tidak langsung dapat dilatih dan dapat dikembangkan dengan mengadopsi teknik menulis atau ide-ide yang ditawarkan penulis dalam bukunya.

Disamping membaca buku, menggali skill menulis dapat juga dilakukan dengan membaca status orang, atau berkunjung dan membaca blog orang lain (Inget ya tar berkunjung ke blog saya), bahkan mungkin membaca apa saja tidak mesti itu berupa teks tertulis. Kita bisa membaca kehidupan orang lain yang mungkin bisa menginspirasi kita untuk menulis, membaca alam, atau mungkin membaca diri kita sendiri.

KEDUA Silaturrahmi dengan menjadi pendengar yang baik. Menjadi pendengar juga bagian dari silaturrahmi yang bisa menumbuhkan skill menulis. Ketika berada di majlis ta’lim misalnya kita bisa menjadikan pesan-pesan kebaikan yang disampaikan penceramah sebagai materi untuk membangkitkan skill menulis.

KETIGA, silaturrahmi dengan menginspirasi dan memotivasi orang lain. Setiap orang tentu tidak lepas dari persolan hidup. Jika seseorang menghadapi sebuah masalah atau persolan dalam kehidupannya tentu membutuhkan orang lain sebagai solusi. Ketika kita bisa hadir sebagai solusi, tentu ini menjadi peluang untuk mengaktifkan skill menulis, kita bisa menuangkan permasalahan dan solusi yang kita tawarkan tersebut dalam sebuah tulisan yang tentu saja tulisan ini selanjutnya bisa menjadi refrensi bagi orang banyak ketika menghadapi permasalahan yang sama atau serupa.

Nah sampai disini saya sudah menemukan makna dari tema yang disuguhkan Ibu Kanjeng tentang “Menulis Dengan Kekuatan Silaturrahmi”. Point penting yang bisa saya gali dari pertemuan kali ini adalah “Menulislah dengan hati untuk menghidupkan sinyal-sinyal ketaqwaan dan aktifkan skill menulismu dengan rajin bersilaturrahmi”


14 komentar:

  1. terima kasih sudah mengerjakan tugas resumenya dengan baik

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih Omjay...Mohon bimbingan dan arahannya

      Hapus
  2. Lengkap sekali resume nya. Salam sehat selalu

    BalasHapus
  3. Lengkap dan menarik resumenya pak Ahmad 👍

    BalasHapus
  4. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  5. Masya Allah, mantap betul resumenya Pak. Lengkap dan sistematis sehingga enak dibaca. Cuma ada 1 koreksi Pak, kata *rubah* tidak baku, yg baku *ubah*. Maaf ya Pak?

    BalasHapus
  6. Terima kasih koreksinya Bu...insha Allah udah diperbaiki...

    BalasHapus
  7. Mantul pak resumenya. Semoga saya bisa menulis seperti bapak.mengalir seperti air terjun.

    BalasHapus