Pada pertemuan kali ini materi
disuguhkan oleh Ibu Dra. Sri Sugiastuti, M.Pd yang akrab
disapa Bu Kanjeng dengan menu yang cukup menggelitik
pikiran saya, “Menulis Dengan Kekuatan Silaturrahmi”. Judul ini
spontan saja memaksa otak saya berpikir lebih dalam mencoba meresapi makna dari
judul ini. Mengapa demikian? karena Tema yang disuguhkan kali ini berbeda
dengan tema-tema sebelumnya.
Jika tema sebelumnya lebih menjurus
kepada teknis menulis, maka tema pertemuan kali ini lebih pada "Ruh"
atau muatan yang secara eksplisit tertuang dalam tulisan. Maka secara otomatis
akan muncul pertanyaan: Bagaimana menulis dengan kekuatan silaturrahmi? Saya
berusaha untuk menjawab rasa penasaran ini dengan mengqias (meminjam
bahasa kaidah ushul fiqh) silaturrahmi dengan sodaqah.
Dalam agama (baca: islam), sodaqoh
memiliki kekuatan yang sangat luar biasa dalam membuka pintu rizki. Sodaqah
pada hakikatnya tidaklah mengurangi harta benda yang kita berikan, namun justru
akan menambah harta kita berkali-kali lipat. Hal ini misalnya bisa kita cermati
dalam al Quran surat al An’am ayat 160. "Barangsiapa membawa amal
yang baik, maka baginya (pahala) sepuluh kali lipat amalnya". Dan sedekah
merupakan amal yang baik. Jika kita bersadaqah Rp. 1000, maka minimal Allah
akan menggantinya 10 kali lipat. Nah merujuk dari kekuatan sodaqah
ini saya berusaha “menebak” maksud tema yang disuguhkan ibu kanjeng, bahwa jika
kita mengaktifkafkan kekuatan silaturrahmi, maka skill menulis akan melejit.
Namun kesimpulan yang saya bangun
tersebut belum juga mengobati rasa penasaran, maka dari itu saya mencoba
meresapi kata demi kata yang disampaikan ibu Kanjeng melalui pesan di WhatsApp
baik berupa kalimat-kalimat yang ditulis secara langsung maupun kalimat-kalimat
yang disampaikan melalui pesan suara.
Ubahlah Mindset Anda!
Point penting yang pertama kali
dikemukakan bu Kanjeng adalah bahwa seorang yang ingin menjadi penulis hebat
harus mampu mengubah mindsetnya tentang potensi menulis yang dimiliki setiap
orang. Banyak orang yang kemudian terhalang untuk menggali potensi tersebut
karena menganggap bawa menulis itu adalah bakat sehingga mulai menyerah, tidak
ada waktu untuk menulis, tidak ada ide, tulisan jelek, tidak percaya diri, dan
sejuta alasan lainnya yang kemudian “membunuh” niatnya untuk menulis.
Di samping itu, orientasi menulis
juga harus didesain ulang sebab banyak mungkin di antara kita belajar menulis
semata-mata hanya "berburu sertifikat " untuk
kenaikan pangkat. Namun orientasi ini perlu didesain agar lebih menjurus pada
upaya mengaplikasikan potensi menulis dengan mendokumentasikannya dalam bentuk
sebuah buku tunggal, atau mulai tergerak menulis di blogppribadi, blog
keroyokan seperti kompasiana, gurusiana, atau disatu komunitas
yang memiliki Web dan kita diberi kesempatan untuk
meramaikan web tersebut.
Bagaimana mengaktifkan skill
menulis dengan silaturrahmi?
Menjawab pertanyaan “bagaimana
mengaktifkan skill menulis dengan silaturrahmi” nampaknya memerlukan sedikit
kesabaran, sebab sampai disini saya belum menemukan “benang merah” yang
mengaitkan antara “skill menulis” dengan “silaturrahmi” dari paparan yang
disampaikan Ibu Kanjeng.
Setelah membaca 4 judul buku (yang
dibaca masih judulnya aja ya), Wow English Is So Easy Kids, Catatan
Motivasi dan Literasi Bu Kanjeng, Catatan Corona Bu Kanjeng, dan The
Stories of Wonder Women, saya menebak bahwa tulisan-tulisan Bu Kanjeng selalu
memiliki muatan “ruh” yang menginspirasi dan membangkitkan motivasi serta
menghidupkan sinyal-sinyal ketaqwaan. Sampai disini maka pont penting yang saya
dapatkan adalah bahwa tulisan itu harus memiliki kekuatan yang menghidupkan
nilai-nilai ketaqwaan.
Menulis merupakan sebuah
keterampilan yang setiap orang memiliki peluang untuk mendapatkan keterampilan
tersebut. Keterampilan ini dapat dilatih dengan menghidupkan kekuatan
silaturrahmi. Kata silaturahmi berasal dari bahasa Arab
yakni Shilah yang artinya hubungan atau sambungan dan Ar-
rahim yang bermakna kerabat atau saudara. Kata silaturahim
kemudian diserap ke dalam Bahasa Indonesia yakni silaturahmi yang artinya tali
persahabatan (persaudaraan), dan bersilaturahmi yang artinya mengikat tali
persahabatan (persaudaraan).
Setidaknya ada 6 cara mengaktifkan
skill menulis melalui kekuatan silaturrahmi. PERTAMA Silaturrahmi
dengan membaca buku. Silaturrahmi dalam mengaktifkan skill menulis dapat
dilakukan dengan proses Membaca buku. Dengan membaca buku kita bisa membangun
hubungan dengan pikiran-pikiran yang dituangkan penulisnya dalam buku tersebut.
Dengan membaca buku, skill menulis secara tidak langsung dapat dilatih dan
dapat dikembangkan dengan mengadopsi teknik menulis atau ide-ide yang
ditawarkan penulis dalam bukunya.
Disamping membaca buku, menggali
skill menulis dapat juga dilakukan dengan membaca status orang, atau berkunjung
dan membaca blog orang lain (Inget ya tar berkunjung ke blog saya), bahkan
mungkin membaca apa saja tidak mesti itu berupa teks tertulis. Kita bisa
membaca kehidupan orang lain yang mungkin bisa menginspirasi kita untuk
menulis, membaca alam, atau mungkin membaca diri kita sendiri.
KEDUA Silaturrahmi
dengan menjadi pendengar yang baik. Menjadi pendengar juga bagian dari
silaturrahmi yang bisa menumbuhkan skill menulis. Ketika berada di majlis
ta’lim misalnya kita bisa menjadikan pesan-pesan kebaikan yang disampaikan
penceramah sebagai materi untuk membangkitkan skill menulis.
KETIGA, silaturrahmi
dengan menginspirasi dan memotivasi orang lain. Setiap orang tentu tidak lepas
dari persolan hidup. Jika seseorang menghadapi sebuah masalah atau persolan
dalam kehidupannya tentu membutuhkan orang lain sebagai solusi. Ketika kita
bisa hadir sebagai solusi, tentu ini menjadi peluang untuk mengaktifkan skill
menulis, kita bisa menuangkan permasalahan dan solusi yang kita tawarkan
tersebut dalam sebuah tulisan yang tentu saja tulisan ini selanjutnya bisa
menjadi refrensi bagi orang banyak ketika menghadapi permasalahan yang sama
atau serupa.
Nah sampai disini saya sudah
menemukan makna dari tema yang disuguhkan Ibu Kanjeng tentang “Menulis Dengan
Kekuatan Silaturrahmi”. Point penting yang bisa saya gali dari pertemuan kali
ini adalah “Menulislah dengan hati untuk menghidupkan sinyal-sinyal ketaqwaan
dan aktifkan skill menulismu dengan rajin bersilaturrahmi”
terima kasih sudah mengerjakan tugas resumenya dengan baik
BalasHapusTerima kasih Omjay...Mohon bimbingan dan arahannya
HapusLengkap sekali resume nya. Salam sehat selalu
BalasHapusTerima kasih komentarnya bu
BalasHapusLengkap dan menarik resumenya pak Ahmad 👍
BalasHapusTerima kasih pak...
HapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapussuip mantul resumenya
BalasHapusTerima kasih bu
HapusLuar biasa Bapak...👍👍👍
BalasHapusTerima kasih bu
HapusMasya Allah, mantap betul resumenya Pak. Lengkap dan sistematis sehingga enak dibaca. Cuma ada 1 koreksi Pak, kata *rubah* tidak baku, yg baku *ubah*. Maaf ya Pak?
BalasHapusTerima kasih koreksinya Bu...insha Allah udah diperbaiki...
BalasHapusMantul pak resumenya. Semoga saya bisa menulis seperti bapak.mengalir seperti air terjun.
BalasHapus