Artikel

Selasa, 26 Januari 2021

MERACIK TULISAN MENJADI BUKU ALA CAK ININ (Pertemuan ke 8)

Tidak terasa hari ini kita memasuki pertemuan ke 8,  Mari kita bersyukur selalu karena masih diberikan kesempatan pada malam ini 20 Januari 2021 untuk mengikuti kegiatan belajar menulis bersama orang-orang hebat dan nara sumber hebat.

Menu pertemuan kali ini disuguhkan oleh seorang nara sumber hebat, beliau adalah bapak Mukminin, S.Pd., M.Pd. beliau terlahir di Jombang 6 Juli 1965. Beliau sehari hari adalah seorang pendidik di SMP 1 Kedungpring Lamongan sejak 1989 sampai sekarang, waktu yang sangat lama bukan?. Di samping seorang pendidik, beliau juga adalah seorang konsultan Umroh dan Haji Plus dan yang tidak kalah pentingnya adalah beliau seorang penulis handal yang karyanya sudah tidak bisa diragukan lagi.

Sebagai motivasi untuk saya pribadi, saya ingin mengutip salah satu motto nara sumber malam ini, Man Jadda Wa Jada”. Motto ini jika kita analisa memiliki makna yang sangat luar biasa, mampu melahirkan semacam kekuatan yang akan memacu dan memicu semangat kita untuk mencapai suatu tujuan, “barang siapa yang bersungguh-sungguh pasti akan mendapatkan”. Motto ini sangat relevan sebagai sebuah motivasi bagi kita yang saat ini lagi berjuang mengikuti kegiatan belajar menulis sebagai ikhtiar untuk membumikan literasi.

Cak Inin di awal penyampaian materi mengemukakan bahwa dalam menerbitkan buku seorang penulis pemula setidaknya memperhatikan 4 hal penting yaitu:

PERTAMA, Diperlukan sebuah keberanian dan tekad yang kuat untuk mempublikasikan tulisan dengan satu niat yaitu berbagi pengalaman. Tanpa niat yang kuat keinginan menerbitkan buku hanya akan sebatas keinginan. Menulis bukanlah sebuah bakat namun sebuah usaha yang didorong dengan kekuatan niat yang tulus di samping terus mengasah kompetensi untuk berlatih menulis.

KEDUA, mendesain ulang mindset kita bahwa “menulis itu mudah”. Jika pola pikir sudah terbentuk bahwa menulis itu mudah, maka secara otomatis akan menggerakan seluruh indra secara bersamaan melahirkan sebuah karya tulis yang melibatkan hati, rasa, jemari dan seluruh indra yang ada. Sugesti yang positif akan melahirkan aksi yang positif demikian pula sebaliknya. Cak Inin mengatakan bahwa “Menulis itu semudah bicara”. Anda bicara lalu rekam dengan handphone (Writter plus atau  Color Note) lalu edit maka jadilah tulisan. Karena itulah kemudian Cak Inin menyarankan kita untuk menulis apa saja  yang kita dengar, kita lihat, kita baca dan kita rasakan.

KETIGA Kenali potensi diri, apakah kita suka menulis buku bisnis,  agama, pendidikan, atau fiksi seperti novel, cepen, puisi dan sebagainya. Dengan mengenali potensi diri maka akan mempermudah kita dalam menulis. Namun tentu saja potensi ini tidak akan bermakna jika tidak dilatih secara terus menerus, karena itu kita harus terus berlatih menulis dan menulis.

KEEMPAT Banyak membaca. Kompetensi menjadi seorang penulis bisa didapatkan dari berbagai macam cara, bisa melalui pengalaman atau pengetahuan dengan banyak membaca buku. Dengan kedua hal ini maka karya yang kita tulis bisa lebih kaya dan menarik.

Tentu tidak semua dari kita memiliki waktu luang karena kita harus membaginya dengan profesi atau pekerjaan yang kita geluti, misalnya saya sebagai seorang guru yang harus disibukkan dengan kegiatan rutin d sekolah, mendesain pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, mengevaluasi sampai membuat tindak lanjut untuk program pembelajaran selanjutnya, karena itu kita harus pandai membagi waktu.

Dengan kesibukan tersebut, kita harus pandai “mencuri” waktu untuk mengumpulkan ide yang nantinya akan menjadi sebuah tulisan. Kita harus mampu untuk merekam setiap peristiwa atau kejadian yang ada di sekitar. Hal ini selanjutnya bisa dijadikan sebagai materi atau ide dalam mendesain sebuah karya tulis. Bagaimana cara melakukannya? Manfaatkan handphone kita untuk merekam peristiwa atau kejadian di sekitar lalu tulis point-point penting dengan menerapkan rumus 5W + 1H. Cara lain yang bisa dilakukan adalah dengan menulis di buku catatan atau langsung bicara dan direkam menggunakan handphone.

Di samping itu kita harus bisa menentukan waktu yang tepat untuk menulis karena setiap orang memiliki karakter yang berbeda-beda. Ada yang bisa menulis di waktu shubuh setiap selesai sholat dan ada juga yang merasa nyaman jika menulis sebelum tidur. Kembangakan pokok-pokok tulisan menjadi tulisan yang baik, enak dibaca dengan kalimat pendek, sederhana yang mudah dipahami dan gunakan istilah umum.

Selanjutnya tampilkan tulisan yang kita miliki dengan  gaya tersendiri (trade Mark), karena setiap orang tentu saja memiliki style dan gaya yang berbeda-beda. Kemudian hal penting yang perlu kita pahami adalah jangan membatasi jumlah halaman, mengalir saja, tulislah sebanyak-banyaknya. Jangan menulis sambil mengedit. Tulis saja sampai selesai baru kita edit sampai benar-benar bagus sesuai dengan EYD / EBBI. Kemudian selanjutnya kita harus mempelajari bagaimana buku itu diterbitkan.

Adapun langkah-langkah menyiapkan naskah tulisan untuk diterbitkan adalah: (a) menyiapkan cover buku; (b) membuat Judul yang menarik perhatian pembaca; (c) Apa saja yg harus dikirim ke penerbit dari naskah / tulisan kita menjadi buku; (d). Siapkan kata pengantar; (e) Daftar Pustaka; (f) Biodata penulis; (g) Sinopsis untuk cover buku bagian belakang yang berisi, inti dari isi buku,  kelebihan buku kita dan untuk promosi; (h) Semua jadikan 1 file kirim ke ke penerbit melalui email dan WhatsApp.

Mengenal Penerbit

Penerbit buku ada macam yaitu penerbit Mayor dan kedua penerbit Indhie. Apa perbedaanya?

1.  Perbedaan dari Jumlah Cetakan.  Penerbit mayor  mencetak bukunya secara masal. Biasanya cetakan pertama sekitar 3000 eksemplar atau minimal 1000 eksemplar untuk dijual di toko-toko buku. Sementara Penerbit indie : hanya mencetak buku apabila ada yang memesan atau cetak berkala yang dikenal dengan POD ( Print on Demand) yang umumnya didistribusikan melalui media online Facebook, Twitter, Instagram, Youtube, WA grup dan sebagainya.

2.  Perbedaan dari Naskah yang Diterbitkan. Penerbit mayor naskah harus melewati beberapa tahap prosedur sebelum menerbitkan sebuah naskah. Tentu saja, menyambung dari poin yang pertama, penerbit mayor mencetak bukunya secara masal 1000 - 3000 eksemplar. Mereka ekstra hati-hati dalam memilih naskah yang akan mereka terbitkan dan tidak akan berani mengambil resiko untuk menerbitkan setiap naskah yang mereka terima. Penerbit mayor memiliki syarat yang semakin ketat, harus mengikuti selera pasar, dan tingginya tingkat penolakan. Penerbit indie tidak menolak naskah. Selama naskah tersebut sebuah karya yang layak diterbitkan; tidak melanggar undang-undang hak cipta karya sendiri, tidak plagiat, serta tidak menyinggung unsur SARA dan pornografi, naskah tersebut pasti diterbitkan.

3.  Perbedaan dari profesionalitas. Penerbit mayor tentu saja profesional dengan banyaknya dukungan Sumber Daya Manusia di perusahaan besar mereka. Penerbit indie pun profesional, tapi sering disalah artikan. Banyak sekali anggapan menerbitkan buku di penerbit indie asal-asalan, asal cetak-jadi-jual. Sebagai penulis, harus jeli memilih siapa yang akan jadi penerbit. Jangan tergoda dengan paket penerbitan murah, tapi kualitas masih belum jelas. Mutu dan manajemen pemasaran buku bisa menjadi ukuran penilaian awal sebuah penerbitan. Kadang murah Cover kurang bagus, kertas dalam coklat kasar bukan bookpaper (kertas coklat halus).

4.  Perbedaan Waktu Penerbitan. Penerbit mayor pada umumnya sebuah naskah diterima atau tidaknya akan dikonfirmasi dalam tempo 1-3 bulan. Jika naskah diterima, ada giliran atau waktu terbit yang bisa cepat, tapi ada juga yang sampai bertahun-tahun. Karena penerbit mayor adalah sebuah penerbit besar, banyak sekali alur kerja yang harus mereka lalui. Bersyukur kalau buku bisa cepat didistribusikan di semua toko buku. Namun, jika dalam waktu yang ditentukan penjualan buku tidak sesuai target, maka buku akan dilepas oleh distributor dan ditarik kembali oleh penerbit. Penerbit indie tentu berbeda, penerbit akan segera memproses naskah yang diterima dengan cepat. Dalam hitungan minggu sudah bisa terbit. Karena memang, penerbit tidak fokus pada selera pasar yang banyak menuntut ini dan itu. Penerbit menerbitkan karya yang penulisnya yakin karya tersebut adalah karya terbaiknya dan layak diterbitkan sehingga tidak memiliki pertimbangan rumit dalam menerbitkan buku.

5.  Perbedaan dari Royalti. Penerbit mayor kebanyakan penerbit mayor mematok royalti penulis maksimal 10% dari total penjualan. Biasanya dikirim kepada penulis setelah mencapai angka tertentu atau setelah 3-6 bulan penjualan buku. Penerbit indie umumnya 15-20%  dari harga buku. Dipasarkan dan dijual penulis lewat facebook, Instagram, whatApp grup, Twitter, status, dan sebagainya

6. Perbedaan Biaya penerbitan. Penerbit mayor biaya penerbitan gratis. Itulah sebabnya mereka tidak bisa langsung menerbitkan buku begitu saja sekalipun buku tersebut dinilai bagus oleh mereka. Seperti yang sudah disebut di atas, penerbit mayor memiliki pertimbangan dan tuntutan yang banyak untuk menerbitkan sebuah buku karena jika buku tersebut tidak laku terjual, kerugian hanya ada di pihak penerbit. Penerbit indie berbayar sesuai dengan aturan masing-masing penerbit. Antara penerbit satu dengan yang  lain berbeda. Karena pelayanan dan mutu buku yang diterbitkan tidak sama.

Contoh penerbit mayor adalah Gramedia Pustaka Utama, Mizan, Republika, Grasindo, Loka Media, Tiga Serangkai, Bentang Pustaka, Erlangga, Yudhistira,  Andi Yogyakarta dan lain sebagainya.

Mengenal penerbit Kamila Press Lamongan

Kamila Press Lamongan merupakan penerbit Indhei  yang melayani cetak buku , jasa lengkap dengan jasa desain cover buku,   Lay out,  editing dan ISBN. Jasa Penerbitan Kamila Press Lamongan dengan harga terjangkau.  Kamila Press Lamongan   melayani seluruh Indonesia. Dalam tahun 2020 sebagai penerbitan tahun perdana yang berjalan mulai  September sampai dengan Desember 2020 telah menerbitkan 20 buku para guru dari pulau Jawa, NTT, Kalimantan, dan Sumatera.

Syarat-syarat penerbitan di KAMILA PRESS LAMONGAN yaitu: (1) Kirimkan naskah lengkap mulai judul, kata pengantar, daftar isi, naskah lengkap sesuai urutan daftar isi, daftar pustaka, biodata penulis dengan foto dan Sinopsis; (2) Ketik  A5 ukurannya 14,8 x 21 cm, spasi 1,15 ukuran fon 11 dan margin kanan 2 cm, kiri 2 cm, atas 2 cm dan bawah 2 cm. Gunakan huruf Arial, calibri atau  Cambria dan masukkan dalam 1 file kirim ke WA atau email gusmukminin@gmail.com. Selain mendapat fasilitas buatkan cover buku, layout, edit dan ISBN penulis juga dapat PO (Pre Order) buku / promo buku dengan harganya serta dapat sertifikat dari penerbit yang kerja sama dengan pencetakan.

Demikian paparan Cak Inin yang dapat saya ramu dan racik dari pertemuan malam ini. Jika ada yang kurang tentu ini menjadi peluang bagi bapak ibu pembaca untuk memberikan masukan agar resume ini menjadi lebih baik lagi. Mari terus bersemangat, menorehkan karya sebagai warisan untuk anak cucu.

3 komentar:

  1. Ok bagus mantab sekali. Lanjut menulis 3 dan membaca lalu terbitkan buku Anda

    BalasHapus
  2. Terima kasih bapak...mohon bimbingan dan arahan selanjutnya....

    BalasHapus
  3. tulisan yang bagus, enak dibacanya pak. semangat berkarya, semangat menginspirasi

    BalasHapus