Artikel

Jumat, 05 Februari 2021

MUDAHNYA MENERBITKAN BUKU (Pertemuan ke 11)

Coretan malam ini saya awali dengan ucapan Syukur al Hamdulillah karena malam ini 27 Januari 2021 kita masih dianugerahi kesehatan dan keafiatan sehingga kita bisa mengikuti perkuliahan “Belajar Menulis Gelombang 17” bersama orang-orang hebat. Tidak terasa kita sudah memasuki pertemuan yang ke 11, kejenuhan sudah mulai terasa, namun semoga orang-orang hebat yang akan membagi ilmunya malam ini berhasil memotivasi dan mengubah kejenuhan menjadi semangat baru.  

Perkuliahan malam ini akan disampaikan oleh seorang guru hebat yang jago ngblog, karya tulisnya sudah tersebar dan bisa kita nikmati. Beliau adalah Raimundus Brian Prasetyawan, S.Pd. adapun menu perkuliahan yang disuguhkan malam ini adalah  "Menerbitkan Buku Semakin Mudah di Penerbit Indie"

Jika kita cermati tema ini, nampaknya narasumber sudah membaca dari pengalaman para alumni belajar menulis sebelumnya bahwa  banyak mungkin dari para alumni yang mengalami kesulitan dalam proses penerbitan buku, sehingga narasumber berusaha menepis pikiran-pikiran itu dengan menyuguhkan materi bahwa menerbitkan buku itu sangatlah mudah.

Di samping itu, pikiran-pikiran bahwa menerbitkan buku itu sangatlah sulit disebabkan karena mungkin kita merasa belum percaya diri dengan resume yang sudah kita buat karena menganggap tulisan yang diterbitkan harus berkualitas dan layak menjadi konsumsi public seperti buku-buku best shaller yang tersebar di rak-rak perpustakaan atau toko-toko buku.

Narasumber malam ini berusaha menepis pikiran-pikiran itu sekaligus akan memberikan motivasi bahwa menerbitkan buku itu mudah sekalipun kita seorang pemula. Ada 2 pilihan penerbit yang bisa kita jadikan referensi dalam menerbitkan buku, dan yang paling mudah adalah menerbitkan buku melalui Penerbit Indie. Pertanyaannya, mengapa demikian mudah?

Mungkin kita semua berpikir jika menerbitkan buku merupakan hal yang terlampau sulit bahkan mungkin tidak berlebihan jika kita katakan menerbitkan buku adalah sebuah khayalan yang tentu saja sulit bahkan mungkin tidak bisa terealisasi. Semua ini tentu berangkat dari kurangnya pemahaman bahwa ada banyak pilihan dalam menerbitkan buku. Jika buku-buku yang tersebar di toko-toko buku dan dipampang berjejer di rak-rak perpustakaan adalah buku-buku yang diterbitkan oleh penerbit mayor.

Penerbit Mayor cukup selektif dalam menerima naskah buku yang akan diterbitkan sehingga mengirim naskah ke penerbit Mayor akan besar kemungkinan naskah kita ditolak. Di samping itu proses penerbitan buku di Penerbit Mayor memakan waktu cukup lama.

Sebagai solusi sulitnya menerbitkan buku tersebut, maka ada opsi penerbit lain yang bisa kita jadikan sebagai pilihan terutama bagi kita para penulis pemula. Solusinya adalah menerbitkan buku melalui penerbit Indie karena penerbit ini menjadi solusi atas segudang persolan tersebut. Ada dua prinsip dalam penerbit Indie yaitu naskah pasti diterbitkan dan proses penerbitan mudah dan cepat.

Sebagai pemula, tentu Penerbit Indie akan menjadi pilihan yang tepat. Pada pertemuan malam ini, narsumber berbagi pengalaman ketika menerbitkan buku di Penerbit Indie. Narasumber menceritakan bahwa awal menerbitkan buku tidak pernah berpikir apakah buku itu nantinya akan laku untuk dikomersilkan, karena yang terpikir adalah bisa memiliki buku itu sudah cukup.

Narasumber  sendiri sebenarnya sudah punya keinginan menulis buku pada tahun 2014. Narasumber sudah berniat membuat buku tutorial blog. Namun kondisi waktu itu sangat berbeda dengan sekarang, jika sekarang kita sudah bisa menemukan banyak komunitas dan referensi dalam proses penerbitan buku termasuk komunitas kita di Belajar Menulis Gelombang 17 ini. Narasumber hanya mengetahui tempat menerbitkan buku secara mandiri yaitu nulisbuku.com. Disitu memang gratis tapi tidak termasuk fasilitas desain cover dan ISBN. Jika mau dua hal itu harus bayar dan biayanya bisa sampai jutaan rupiah.

Pada Awal 2019 narasumber mulai bangkit lagi setelah impian menerbitkan buku terpendam dalam waktu yang cukup lama. Proses ini diawali dari ketidaksengajaan menemukan hashtag di Instagram tentang penerbit Indie yang menawarkan kemudahan dalam penerbitan buku. Karena menawarkan kemudahan, narasumber selanjutnya begitu semangat menyelesaikan naskah tulisannya. Hingga akhirnya pada Oktober 2020 naskah buku pertama dikirim ke salah satu penerbit Indie dan dalam waktu 3 bulan menunggu akhirnya buku pun bisa diterbitkan.

Mengikuti perkuliahan “Belajar Menulis” ini kita akan disuguhkan 30 materi berbeda yang selanjutnya bisa kita kemas menjadi resume. Resume ini menjadi modal bagi kita untuk menerbitkan sebuah buku. Bahkan dalam komunitas “Belajar Menulis” ini sudah tergabung juga 4 penerbit Indie yang siap menerbitkan naskah buku kita.

Apa saja ke 4 penerbit Indie itu? Keempat penerbit itu adalah: 1. Kamila Press milik Cak Imin; 2. Penerbit rekanan narasumber, 3. YPTD, 4. Penerbit rekanan Bu Kanjeng

Penerbit Indie yang menjadi rekanan narasumber malam ini  sudah menerbitkan 23 buku peserta belajar menulis. Sekarang ini ada 17 naskah yang sedang diproses. Namun ada ketentuan khusus yang harus diperhatikan bahwa penerbit tidak melakukan editing terhadap naskah, salah ketik maupun penulisan yang kurang pas lainnya tidak dikoreksi oleh penerbit,  jika ingin cetak ulang lagi, harus di penerbit rekanan narasumber dan jumlah minimal cetak yaitu 10 eksemplar.

Adapun biaya penerbitan buku di penerbit rekanan narasumber Rp. 300,000 dengan maksimal 130 halaman A5, jika lebih dari itu akan ada biaya tambahan. Yang tidak kalah penting adalah jangan memberi target kapan buku harus selesai terbit. Karena naskah harus mengantri untuk diproses. Proses penerbitan paling cepat 1 bulan. Sebelum proses penerbitan, pihak penerbit akan mengirimkan kita naskah buku PDF (dengan watermark) untuk dicek kembali.

Naskah buku harus dilengkapi cover (judul buku dan nama penulis saja), Prakata, daftar isi (tanpa nomor halaman), profil penulis, sinopsis (3 paragraf. masing-masing paragraf 3 kalimat). Prakata wajib ada dan ditulis oleh penulis sendiri. Kata Pengantar ditulis oleh orang lain dan tidak wajib ada. Biasanya peserta belajar menulis minta kata pengantar ke Om Jay.

Karena tidak ada fasilitas editing. Maka ada tips yang bisa kita pedomani dalam mengedit naskah yaitu:

1. Penulisan kata jangan disingkat-singkat (yg, tdk, blm);

2. Jangan sampai ada tulisan yang salah ketik (Typo);

3. Satu Paragraf jangan berisi terlalu banyak kalimat;

4. Mulailah membiasakan membuat kalimat yang pendek-pendek; 

5. Kalimat panjang cenderung akan membingungkan;

6. Setiap bab baru selalu dimulai di halaman baru.
Jangan digabung dengan bab sebelumnya

Demikian racikan resume dari narasumber yang bisa saya muat di blog ini, berharap rekan-rekan pembaca dapat memberikan masukan agar resume ini menjadi lebih baik lagi. Karena apa yang dipaparkan dalam resume ini belum secara utuh mendeskripsikan pemaparan materi narasumber, namun setidaknya racikan resume ini memberi gambaran bahwa “menerbitkan buku itu sangatlah mudah”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar