Artikel

Sabtu, 08 Oktober 2022

Akselerasi Literasi Digital di Masa Pandemi: Pengalaman belajar menulis bersama Guru Blogger Indonesia

Pendahuluan

Pandemi Covid 19 memberi dampak cukup signifikan terhadap berbagai sektor kehidupan. Salah satu dampak positif yang ditimbulkan adalah terjadinya akselerasi digital. Akselerasi digital ini selanjutnya menjadi semacam “bom” yang memberi daya ledak cukup mengagetkan bagi para guru karena terjadinya perubahan drastis yang mengharuskan guru beradaptasi terhadap digitalisasi pendidikan. Digitalisasi pendidikan ini menuntut guru melakukan revolusi terhadap sistem pembelajaran dari tatap muka menjadi daring (PJJ) yaitu sebuah proses pembelajaran melalui kelas-kelas virtual di mana guru dan peserta didik bertemu tanpa harus melakukan kontak fisik secara langsung.

Walaupun memberi dampak positif, revolusi sistem pembelajaran secara daring melalui kelas-kelas virtual ini justru menimbulkan masalah, tidak hanya bagi guru, namun juga bagi peserta didik dan wali murid yang secara langsung terdampak oleh diberlakukanya PJJ tersebut. Bagi guru misalnya persoalan yang muncul adalah terjadinya kesenjangan digital (digital devide) yang menjadikan guru sulit beradaptasi dengan pembelajaran berbasis digital. Ditambah lagi dengan persoalan yang dihadapi peserta didik dan orang tua yang memiliki keterbatasan dalam mengakses internet, tidak memiliki HP android, orang tua sibuk, permasalahan internal keluarga, dan segudang persoalan lainnya.

Di samping persoalan-persoalan yang secara langsung berkaitan dengan proses pembelajaran, ada satu persoalan guru yang harus juga mendapat perhatian serius yaitu rendahnya kompetensi menulis guru. Selama kegiatan PJJ, guru lebih terlihat disibukkan dengan pelatihan-pelatihan membuat modul, video pembelajaran, model pembelajaran daring dan sebagainya. Sehingga terlihat hanya sebagian kecil guru meluangkan waktunya selama pandemi ini untuk melakukan akselerasi kompetensi menulis.

Kegiatan PJJ selama pandemi ini sesungguhnya merupakan ruang kosong yang harus dimanfaatkan guru untuk meningkatkan kompetensi menulis. Dalam rangka meningkatkan kompetensi menulis guru, PGRI sebagai rumah besar guru seluruh Indonesia membuat jejaring komunitas-komunitas menulis salah satunya adalah komunitas Guru Blogger Indonesia yang mendesain teknik belajar menulis secara virtual menggunakan aplikasi Whats App (WA).

Selanjutnya melalui tulisan ini, penulis tidak akan menyoroti pengalaman pembelajaran jarak jauh dengan segudang persoalan yang terjadi karena persoalan ini tentu sudah banyak yang mengkajinya dari berbagai sudut pandang, namun hal menarik menurut penulis yang perlu dikaji adalah terkait proses belajar jarak jauh yang dilakukan guru sendiri untuk meningkatkan kompetensi menulis di saat pandemi. Karena itulah kemudian melalui tulisan ini penulis berbagi pengalaman belajar menulis online bersama PGRI dan Guru Blogger Indonesia sebagai sebuah ikhtiar untuk mendorong akselerasi literasi digital bagi guru.


Apa yang dimaksud Literasi Digital?

Literasi Digital adalah pengetahuan dan kecakapan untuk menggunakan media digital, alat-alat komunikasi, atau jaringan dalam menemukan, mengevaluasi, menggunakan, membuat informasi dan memanfaatkannya secara sehat, bijak, cerdas, cermat, tepat, dan patuh hukum dalam rangka membina komunikasi dan interaksi dalam kehidupan sehari-hari. Literasi digital juga bisa dipahami sebagai bentuk kemampuan menggunakan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) untuk mengkomunikasikan konten/informasi kengan kecakapan kognitif dan teknikal.[1]

Sebagai efek terjadinya pandemi Covid 19, sistem pembelajaran mengalami semacam revolusi yang menuntut guru memiliki kompetensi literasi digital, tidak hanya dalam mendesain media pembelajaran namun juga dalam mengkomunikasikan konten materi dalam sebuah tulisan. Dengan demikian akselerasi[2] literasi digital menjadi sebuah keharusan.

 

Apa dan bagaimana program kegiatan belajar menulis Guru Blogger Indonesia?

Organisasi PGRI sebagai rumah besar guru Indonesia berupaya memberikan kontribusi yang terbaik bagi Negara Kesatuan Republik Indonesia khususnya bagi peningkatan kompetensi guru. Karena kompetensi guru adalah jawaban atas persoalan-persoalan yang begitu kompleks menyelimuti pendidikan di negara kita saat ini.

Prof. Dr. Unifah, M.Pd selaku Ketua Umum PB PGRI memaparkan bahwa PGRI bergerak pada tiga pilar, yaitu Profesionalisme guru, kesejahteraan guru, dan perlindungan guru. Untuk memperkuat ketiga pilar tersebut, PGRI dari pusat sampai daerah diharapkan memiliki atau menjadi smart learning center melalui kerjasama dengan berbagai pihak.

Dalam rangka meningkatkan profesionalisme guru, PGRI mendesain berbagai program peningkatan kompetensi guru. Keterampilan menulis merupakan salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru selaku garda terdepan dalam mewujudkan pendidikan yang berkualitas. Kompetensi ini dibentuk dengan membangun tradisi menulis di kalangan guru. Tradisi ini diikhtiarkan dengan membuat jejaring komunitas-komunitas menulis yang salah satunya adalah kelas belajar menulis online PGRI.

Kelas belajar menulis online PGRI merupakan salah satu program untuk meningkatkan kompetensi menulis guru. Program ini diinisiasi oleh Wijaya Kusumah, M.Pd yang didesain secara virtual menggunakan aplikasi Whats App (WA).

Kelas belajar menulis ini dilaksanakan sebanyak 20 kali pertemuan  secara online dan dilaksanakan setiap hari Senin, Rabu dan Jumat selama 2 jam mulai pukul 19.00 – 21.00 WIB dengan menghadirkan narasumber-narasumber yang kompetensinya tidak bisa diragukan lagi.  Narasumber yang dihadirkan adalah mereka yang memiliki keahlian dalam menulis yang karyanya sudah tidak terhitung jumlahnya. Narasumber yang dihadirkan tersebut berasal dari latar belakang yang berbeda-beda, ada yang berlatar belakang seorang guru berprestasi, guru inspiratif dari daerah 3T, dosen, motivator, direktur penerbitan buku, manajer pemasaran buku, kalangan militer dan berbagai latar belakang lainnya yang memiliki korelasi secara langsung maupun tidak terhadap dunia tulis menulis.

Adapun alur dalam mengikuti kegiatan belajar menulis online ini adalah di mana peserta harus melakukan registrasi kemudian bergabung di Grup WA Belajar Menulis. Selanjutnya peserta harus memiliki blog yang nantinya akan dijadikan sebagai media dalam praktik menulis. Kemudian dalam setiap pertemuan peserta diwajibkan membuat resume dari pemaparan materi yang disampaikan oleh narasumber. Resume inilah yang kemudian dipublikasikan peserta pada blog pribadi yang sudah disiapkan sebelumnya.

Di blog ini peserta diharapkan berlatih menulis, menulis ide dan memaparkan gagasan dengan mengacu pada paparan materi narasumber. Di samping itu peserta diarahkan untuk melakukan blog walking yaitu semacam silaturahmi setiap peserta ke blog peserta lainnya. Tujuannya adalah agar terbangun motivasi dan semangat untuk terus menulis, karena dalam kegiatan silaturrami ini peserta saling  memberikan komentar masukan, saran, motivasi sehingga akan terbangun kepercayaan diri penulis dalam mempublikasikan karyanya yang pada akhirnya nanti karya tersebut menjadi lebih berkualitas.

Di akhir program pelatihan peserta berhak mendapatkan sertifikat pelatihan 40 JP, namun ada syarat yang harus dipenuhi oleh peserta yaitu setiap peserta diwajibkan membuat 20 resume berdasarkan materi yang disampaikan narasumber pada setiap pertemuan. Tidak hanya sampai di sini, peserta juga diwajibkan untuk menerbitkan buku dari kumpulan resume yang sudah dibuat, jika kewajiban-kewajiban ini terpenuhi maka peserta berhak mendapatkan sertifikat pelatihan.

Apa problem yang dihadapi selama mengikuti program belajar menulis?

Dalam mengikuti kegiatan belajar menulis online di saat pandemi bersama Guru Blogger Indonesia tentu banyak persoalan yang dihadapi, banyak kendala yang muncul, namun persoalan yang hampir semua penulis pemula hadapi adalah kesulitan untuk menemukan ide dalam menulis. Di setiap pertemuan, peserta diharuskan membuat resume dan ini menjadi sebuah pesoalan karena belum terbiasa menulis sehingga merasa kesulitan menemukan ide.

Pada prinsipnya menemukan ide dan menulis itu mudah, namun menulis menjadi sesuatu yang begitu sulit ketika belum menjadi budaya, belum dibiasakan. Bukankah sesuatu yang tidak terbiasa kita lakukan menjadi sesuatu yang sulit?

Salah satu tips yang penulis jadikan solusi dalam kesulitan membuat resume ini adalah dengan menjadikan menulis sebagai sebuah ajang silaturrahmi. Bagaimana menulis dengan kekuatan silaturrahmi? Pertanyaan ini mungkin bisa terjawab dengan mengqias (meminjam bahasa kaidah ushul fiqh) silaturrahmi dengan sodaqah.

Dalam agama (baca: Islam), sodaqoh memiliki kekuatan yang sangat luar biasa dalam membuka pintu rizki. Sodaqah pada hakikatnya tidaklah mengurangi harta benda yang kita berikan, namun justru akan menambah harta kita berkali-kali lipat. Hal ini misalnya bisa kita cermati dalam al Quran surat al An’am ayat 160.

 

"Barangsiapa berbuat kebaikan mendapat balasan sepuluh kali lipat amalnya. Dan barangsiapa berbuat kejahatan dibalas seimbang dengan kejahatannya. Mereka sedikit pun tidak dirugikan”

Merujuk pada konsep sodaqah ini kita bisa memahami bahwa jika kita mengaktifkafkan kekuatan silaturrahmi, maka skill menulis akan melejit. Namun sebagai langkah awal yang perlu kita lakukan adalah mengubah dulu konsep berpikir tentang menulis.

Seorang yang ingin menjadi penulis hebat harus mampu untuk mengubah mindsetnya tentang potensi menulis yang dimiliki setiap orang. Banyak orang yang kemudian terhalang untuk menggali potensi tersebut karena menganggap bawa menulis itu adalah bakat sehingga mulai menyerah, tidak ada waktu untuk menulis, tidak ada ide, tulisan jelek, tidak percaya diri, dan sejuta alasan lainnya yang kemudian “membunuh” niatnya untuk menulis.

Di samping itu, orientasi menulis juga harus didesain ulang sebab banyak di antara kita belajar menulis semata-mata hanya "berburu sertifikat " untuk kenaikan pangkat. Namun orientasi ini perlu didesain agar lebih menjurus pada upaya mengaplikasikan potensi menulis dengan mendokumentasikannya dalam bentuk sebuah buku tunggal, atau mulai tergerak menulis di blog pribadi.

Selanjutnya bagaimana menulis dengan kekuatan silaturahmi itu dilakukan? Menulis merupakan sebuah keterampilan yang setiap orang memiliki peluang untuk mendapatkan keterampilan tersebut. Keterampilan ini dapat dilatih dengan menghidupkan kekuatan silaturrahmi. Kata silaturahmi berasal dari bahasa Arab yakni Shilah yang artinya hubungan atau sambungan dan Ar- rahim yang bermakna kerabat atau saudara. Kata silaturahim kemudian diserap ke dalam Bahasa Indonesia yakni silaturahmi yang artinya tali persahabatan (persaudaraan), dan bersilaturahmi yang artinya mengikat tali persahabatan (persaudaraan). Setidaknya ada 6 cara untuk memudahkan dalam melahirkan ide menulis dengan kekuatan silaturrahmi

PERTAMA Silaturrahmi dengan membaca buku. Silaturrahmi dalam mengaktifkan skill menulis dapat dilakukan dengan proses membaca buku. Dengan membaca buku kita bisa membangun hubungan dengan pikiran-pikiran yang dituangkan penulisnya dalam buku tersebut. Dengan membaca buku, skill menulis secara tidak langsung dapat dilatih dan dapat dikembangkan dengan mengadopsi teknik menulis atau ide-ide yang ditawarkan penulis dalam bukunya.

Di samping membaca buku, menggali skill menulis dapat juga dilakukan dengan membaca status orang, atau berkunjung dan membaca blog orang lain, bahkan mungkin membaca apa saja tidak mesti itu berupa teks tertulis. Kita bisa membaca kehidupan orang lain yang mungkin bisa menginspirasi kita untuk menulis, membaca alam, atau mungkin membaca diri kita sendiri.

KEDUA Silaturrahmi dengan menjadi pendengar yang baik. Menjadi pendengar juga bagian dari silaturrahmi yang bisa menumbuhkan skill menulis. Ketika berada di majlis ta’lim misalnya kita bisa menjadikan pesan-pesan kebaikan yang disampaikan penceramah sebagai materi untuk membangkitkan skill menulis.

KETIGA, silaturrahmi dengan menginspirasi dan memotivasi orang lain. Setiap orang tentu tidak lepas dari persoalan hidup. Jika seseorang menghadapi sebuah masalah atau persoalan dalam kehidupannya tentu membutuhkan orang lain sebagai solusi. Ketika kita bisa hadir sebagai solusi, tentu ini menjadi peluang untuk mengaktifkan skill menulis, kita bisa menuangkan permasalahan dan solusi yang kita tawarkan tersebut dalam sebuah tulisan yang tentu saja tulisan ini selanjutnya bisa menjadi referensi bagi orang banyak ketika menghadapi permasalahan yang sama atau serupa.

Pandemi Covid 19 yang terjadi saat ini menjadi semacam peluang bagi guru untuk selalu bersilaturrahmi, memunculkan ide-ide menulis dari hal-hal unik dan menarik yang ditemukan. Tidak bisa kita pungkiri ada segudang persoalan yang menggerogoti selama pandemi terjadi, mulai dari persolan guru sendiri yang sulit untuk beradaptasi dengan digitalisasi pembelajaran, belum lagi persolan peserta didik yang sulit mengakses internet, tidak ada kuota, HP bermasalah dan sebagainya. Ditambah lagi persoalan-persoalan internal peserta didik seperti orang tua sibuk, perceraian, dan sebagainya.

Persoalan-persoalan tersebut di atas sesungguhnya menjadi peluang besar bagi guru untuk melejitkan potensi menulis dengan mendokumentasikan pemikiran-pemikiran ataupun solusi yang bisa ditawarkan untuk meminimalisir persoalan yang terjadi.

 Apa suka duka belajar menulis bersama Guru Blogger Indonesia?

Belajar menulis bersama Guru Blogger Indonesia memberi kesan yang mendalam bagi peserta, beribu suka yang dirasakan namun tidak sedikit pula duka yang muncul sehingga membuat hati seolah enggan tersenyum.

Di antara suka yang diperoleh selama kegiatan belajar adalah pertama jejaring sosial bertambah luas, kita bisa bersilaturrahmi dengan orang-orang hebat dari seluruh Indonesia tanpa ada sekat dan pembatas. Kedua tentu kita bisa menggali ilmu langsung dari narasumber-narasumber hebat serta penulis-penulis handal dari berbagai macam profesi, baik dosen, penulis, penerbit, guru, militer, dan berbagai macam latar belakang keahlian lainnya. Semua berkolaborasi dan bersilaturrahmi melalui jejaring dunia maya untuk berbagi ilmu serta pengalaman sebagai ikhtiar untuk menjadikan menulis sebagai sebuah tradisi.  Ketiga, kesan yang paling membekas adalah melalui kegiatan ini sudut pandang kita tentang dunia tulis menulis kini terbuka dan mulai bergeser bahwa menulis bukanlah hal yang sulit namun sesuatu yang mudah dan pasti bisa kita lakukan, hal ini terbukti bahwa penulis saat ini sudah bisa menerbitkan buku antologi dan insha Allah dalam waktu dekat akan menerbitkan 3 buku solo tentang bunga rampai konsep pendidikan dan pemikiran tokoh pendidikan.

Di samping kesan manis yang dirasakan, tidak sedikit juga duka yang terjadi selama mengikuti kegiatan belajar menulis. Kesan menyedihkan yang paling terasa adalah saat asyiknya menikmati tombol-tombol keyboard, merangkai kata demi kata tiba-tiba akses internet terputus dan diperparah lagi saat file tulisan hilang karena lupa menekan tombol shift as.

Penutup

Pandemi covid 19 memberi ruang bagi guru untuk mengembangkan potensi diri, tidak hanya berkaitan dengan peningkatan kompetensi dalam penggunaan media-media berbasis digital, namun hal urgen yang harus dilakukan oleh seorang guru adalah peningkatan kompetensi menulis. Kompetensi menulis ini menjadi sangat urgen mengingat penguasaan literasi dan numerasi merupakan program pemerintah yang saaat ini lagi digalakkan.

Pengalaman belajar menulis online bersama PGRI dan Guru Blogger Indonesia di saat pandemi yang penulis paparkan dalam tulisan ini, diharapkan menjadi inspirasi dan motivasi  kita bersama selaku seorang guru untuk menjadikan menulis sebuah tradisi dalam meningkatkan kompetensi profesionalisme sebagai ikhtiar mewujudkan pendidikan yang berkualitas.

 

                 



[2] Dalam KBBI dijelaskan bahwa akselerasi memiliki definisi yang varatif. Akselerasi bisa diartikan 1. Proses mempercepat; 2. Peningkatan kecepatan; 3. Percepatan; 4. Laju perubahan kecepatan (lihat: http://kbbi.web.id/akselerasi.html)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar